Showing posts with label Buku Indonesia. Show all posts
Showing posts with label Buku Indonesia. Show all posts

Thursday, 11 May 2017

Tentang Kamu-Tere Liye

96912Tentang Kamu oleh Tere Liye

Mulai dibaca: 13 Maret 2017
Selesai dibaca: 03 April 2017

Judul: Tentang Kamu
Penulis: Tere Liye
Penyunting: Triana Rahmawati
Penerbit: Republika Penerbit
Tahun terbit: Oktober 2016 (Cetakan pertama)
Tebal buku: vi+526 halaman
Format: Paperback
ISBN: 978-602-082-234-1
Harga: Rp.71.100 (Bukupedia)

Rating: 4/5

Pukul 07.30, masih sangat pagi untuk jalanan di Belgrave Square, London. Tapi sepagi ini, taman kecil yang dipenuhi pepohonan besar dan dikelilingi oleh berbagai kantor keduataan besar itu ramai. (hal.1)

Zaman Zulkarnaen telah bekerja selama dua tahun sebagai karyawan di firma hukum Thompson & Co di London, Inggris. Firma tersebut berbeda dengan kebanyakan firma hukum lainnya. Karyawan di sana tidak sampai sepuluh orang. Hanya ada satu orang partner firma, yaitu Sir Thompson sendiri, putra pendiri Thompson & Co; lalu enam orang pengacara senior yang memiliki reputasi sebaik perusahaan mereka; dan Zaman Zulkarnaen karyawan baru lulusan Jurusan Hukum Universitas Oxford. Thompson & Co sendiri sudah dianggap sebagai ksatria hukum oleh banyak orang yang bergelut di bidang hukum, firma hukum tempat Zaman bekerja bisa dibilang tidak semegah dan seglamor ratusan firma hukum lainnya di Inggris,tapi Thompson & Co memiliki reputasi sebagai firma hukum paling dihormati oleh siapapun.

“Mereka adalah legenda hidup yang jarang diketahui. Mereka tidak semegah Latham & Watkins, atau seglamor Baker & McKenszie, penguasa firma hukum dunia, tapi nama Thompson & Co. selalu disebut dengan penuh kehormatan. Laksana manuskrip kuno daari belantara hukum yang kadangkala kejam. Kantor mereka seperti kuil suci, pengacara mereka adalah kesatrianya.” (hal. 5)

Salah satu pengacara senior Thompson & Co memutuskan untuk pensiun, mengakibatkan satu kursi kosong di posisi tersebut. Dan Zaman dalam kesempatan sekali dalam seumur hidup ditawari posisi tersebut langsung oleh Sir Thompson  sendiri. Dengan syarat tentunya.

Beberapa hari sebelumnya Thompson & Co menerima sebuah telepon dari sebuah panti jompo di Paris, Perancis. Salah seorang penghuni tersebut meninggal dunia dan sepertinya ia memberi mandat kepada pengurus panti untuk langsung menelepon firma hukum tersebut jika terjadi apa-apa padanya. Beberapa hari kemudian Thompson & Co menerima beberapa lembar dokumen atas nama klien mereka tersebut. Setelah menyelidiki lebih dalam mengenai klien misterius mereka, Thompson & Co menemukan fakta bahwa sang klien meninggalkan nilai warisan sebesar 1 miliar Poundsterling. Klien yang diketahui bernama Sri Ningsih, asal Indonesia tersebut tidak meninggalkan surat wasiat. Dan kepada Zaman lah tugas tersebut diberikan untuk memecahkan warisan Sri Ningsih atau lebih baik lagi, menemukan ahli warisnya.

“Kamu tidak salah mendengarnya, Zulkarnaen... Klien ini mewariskan aset berbentuk kepemilikan saham senilai satu miliar poundsterling. Dalam mata uang asal negaramu, itu setara 19 triliun rupiah, bukan?” (hal. 11)

DSC_0059blog

Monday, 6 February 2017

Cerita Calon Arang-Pramoedya Ananta Toer

Cerita Calon ArangCerita Calon Arang oleh Pramoedya Ananta Toer

Judul asli: Cerita Calon Arang

Penulis: Pramoedya Ananta Toer

Penerbit: Lentera Dipantara

Tahun terbit: September 2015 (cetakan kesembilan)

Terbit pertama kali oleh N.V. Nusantara (1954)

ISBN: 978-979-973-121-0

Bahasa: Indonesia

Format: Paperback

Harga: Rp.50.000 (Gramedia)

Rating: 3/5

Adalah sebuah negara. Daha namanya. Daha yang dahulu itu kini bernama Kediri. Negara itu berpenduduk banyak. Dan rata-rata penduduk makmur. (hal. 11)

Di Negara Daha itulah Raja Erlangga memerintah. Ia memerintah dengan bijaksanan dan adil, rakyatnya hidup tentram serta damai. Tetapi di sebuah dusun di Daha, di Dusun Girah namanya, hiduplah seorang wanita dengan anaknya. Calon Arang nama wanita tersebut, dan Ratna Manggali nama anaknya. Semua orang sudah tahu dan paham seberapa dahsyat kekuatan Calon Arang, ia tak hanya berperangai buruk tapi juga seorang tukang teluh, membabat dan menghabisi musuh-musuhnya adalah perkara mudah baginya. Oleh karena itu, sekalipun Ratna Manggali adalah anak yang baik, penyayang, lagi rupawan, tidak ada seorang pemuda pun yang mau memperistrinya karena takut pada ibu Ratna Manggali. Akhirnya Ratna Manggali menjadi buah bibir orang-orang dusun karena tak kunjung dipersunting oleh seorang lelaki. Desas-desus tersebut sampai juga ke telinga ibunya, Calon Arang, marahlah ia terhadap kabar tersebut, dan ia bermaksud mencelakakan semua orang di dusun bahkan di Negara Daha juga. Bersama dengan keempat muridnya yang juga buruk rupa dan sakti, Calon Arang menyebarkan sihirnya, semua orang mati dan menderita dibuatnya. Sihir Calon Arang yang tidak memasuki ibukota Daha membuat cemas Raja Erlangga, harus ada yang bisa menghentikan Calon Arang kalau tidak semua orang bisa mati dan Daha akan tidak berpenduduk.

DSC_0109

Thursday, 12 January 2017

Critical Eleven oleh Ika Natassa

Mulai dibaca: 28 Desember 2016

Selesai dibaca: 29 Desember 2016

Judul: Critical Eleven

Penulis: Ika Natassa

Editor: Rosi L. Simamora

Desain Sampul: Ika Natassa

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Tahun terbit: Februari 2016 (cetakan kesepuluh)

ISBN: 978-602-031-892-9

Tebal buku: 341 halaman

Format: Paperback

Harga: Rp. 79.000

Rating: 4/5

I’m one of those weird people who loves airports. There’s something liberating yet soothing about it. (hal. 5)

Sebagai seorang konsultan bisnis, bukan hal asing lagi bagi Tanya Baskoro untuk mengunjungi bandara, ia justru mencintai tempat yang tak pernah sepi tersebut. Kewajibannya untuk menemui kliennya di berbagai kota bahkan berbagai negara membuatnya harus melakukan perjalanan udara sesering pekerjaan memanggilnya. Ia menyukai bandara tapi tidak ketika ia sudah berada di dalam kabin pesawat dan beberapa ribu kilometer dari daratan. Tapi penerbangannya ke Australia untuk menonton salah satu Band terkenal di dunia, membuatnya sedikit menyukai terbang karena mempertemukannya dengan lelaki yang akan menjadi suaminya setahun setelah mereka bertemu, Aldebaran Risjad—Ale. Ale bekerja di pengeboran minyak lepas pantai, di mana ia harus menghabiskan setidaknya dua ratus hari dalam setahun di lepas pantai dan bukan di sebuah perkotaan. Selama lima tahun mereka menjalani kehidupan sebagai pasangan yang sama-sama super sibuk dan sama-sama rutin terbang demi pekerjaan, namun kehidupan pernikahan Tanya dan Ale masih sehangat ketika mereka berpacaran. Kehangatan keluarga kecil mereka semakin lengkap ketika Tanya memberitahu Ale bahwa mereka akan segera memiliki seorang anak. Anak laki-laki yang akan mereka namakan Aidan yang seharusnya menjadi jagoan kecil dan membuat keluarga mereka semakin hangat dan lengkap. Seharusnya. Sayangnya, Aidan dan keluarga kecil mereka yang akan lengkap hanya tinggal angan-angan. Di hari ketika Tanya melahirkan Aidan adalah hari ketika Tanya dan Ale harus mengantar Aidan ke Surga. Kemuraman Tanya terus berlanjut ketika Ale malah menyatakan bahwa karena Tanya sendirilah Aidan tidak berada di tengah mereka. Pernyataan yang sontak membuat Tanya merasa dihakimi sebagai seorang pembunuh. Pernyataan yang juga membuatnya lupa cara mencintai Ale seperti dulu, membuatnya lupa bagaimana manisnya perlakuan Ale padanya, dan membuatya mempertanyakan cinta diantara mereka.

DSC_01091

Saturday, 24 September 2016

Tidak Ada New York Hari Ini-M. Aan Mansyur

29801264Tidak Ada New York Hari Ini oleh M. Aan Mansyur

 

Mulai dibaca: 04 Agustus 2016

Selesai dibaca: Hari yang sama

 

Judul asli: Tidak Ada New York Hari Ini

Penulis: M. Aan Mansyur

Foto oleh: Mo Riza

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Tahun terbit: Mei 2016

Tebal buku: 118 halaman

Bahasa: Indonesia

Format: Paperback

Harga: Rp.52.000 (Gramedia)

 

Rating: 3/5

 

Hari-hari membakar habis diriku.

Setiap kali aku ingin mengumpulkan

tumpukan abuku sendiri, jari-jariku

berubah jadi badai angin.

 

Dan aku mengerti mengapa cinta diciptakan (Cinta, hal. 6)

 

Sebelum memberikan ulasan mengenai buku kumpulan puisi ini, saya akan ceritakan beberapa fakta—yang nggak terlalu—menarik—sebenarnya—tentang buku ini. Jadi, di toko buku tempat saya bekerja, sebelum buku ini benar-benar mendarat dan terpampang di rak pajangan, saya bolak-balik dapat pesanan, baik yang pesan langsung dengan mendatangi Customer Service toko saya maupun yang pesan melalui telepon atau media komunikasi lainnya, untuk buku ini saja. Hingga akhirnya buku ini pun sukses mendarat dan terpampang di rak pajangan. Tetapi, lagi-lagi saya harus kebingungan karena ternyata toko saya hanya mendapat stok yang sangat sedikit untuk buku ini. Jangan ditanya lagi, deh, buku ini habis dalam berapa hari. Jangankan satu hari, dalam beberapa jam sejak teman-teman saya memajang buku ini, buku ini udah ludes di toko. Dan itu belum saya simpankan untuk yang memesan buku ini sebelumnya. Setelah buku ini terbit pun pesanan terus bertambah, nggak ada hentinya. Perlu waktu beberapa minggu rasanya sebelum toko saya akhirnya dapat stok yang diinginkan dan memenuhi pesanan-pesanan.

 

Apa kabar hari ini? Lihat, tanda tanya itu,

Jurang antara kebodohan dan keinginanku

memilikimu sekali lagi. (Batas, hal. 46)

 

Pertanyaan, kenapa, sih, buku ini sampai sebegitunya? Sebenarnya, apa yang membuat buku ini laris manis dan diminati banyak banget orang? Yang pertama, mungkin saja karena faktor penulis. Saya tahu penulis dari bukunya yang bejudul ‘Lelaki Terakhir yang Menangis di Bumi’ dan ‘Melihat Api Bekerja’, bahasanya yang lembut dan terkesan sendu memikat banyak hati terutama—mungkin—wanita, apalagi wanita yang sangat menyukai kata-kata yang manis.

 

Sepasang matamu, bencana raksasa di kejauhan.

Tidak berhenti membuat hidupku jadi

benda kecil yang memiliki hati. (Sepasang Matamu, hal. 62)

 

P_20160924_082911

 

Monday, 18 July 2016

Bekisar Merah-Ahmad Tohari

tumblr_njkf6eO9WG1sij3vyo1_400Bekisar Merah oleh Ahmad Tohari

Mulai dibaca: 25 Mei 2016

Selesai dibaca: 08 Juni 2016

Judul: Bekisar Merah

Penulis: Ahmad Tohari

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Desain sampul: Lambok Hutabarat

Tebal buku: 356 hal.

Bahasa: Indonesia

Format: Paper Back

ISBN:978-979-226-632-0

 

Rating: 4/5

Bekisar adalah unggas elok, hasil kawin silang antara ayam hutan dan atam biasa yang sering menjadi hiasan rumah orang-orang kaya.

Lasi, gadis desa yang amat rupawan, hidup di Karangsoga di mana mayoritas penduduknya yang laki-laki bekerja sebagai penyadap nira, termasuk suaminya. Tiap hari suaminya memanjat belasan pohon kelapa yang amat tinggi, jauh dari tanah, menantang maut, hanya untuk menyadap nira yang nantinya setelah diolah akan dijual ke tengkulak dengan harga yang sangat murah.

Mbok Wiryaji bergerak perlahan dan duduk di sebelah Lasi. Dengan mata sayu dipandangnya anaknya yang tetap membisu. Dalam hati Mbok Wiryaji bangga akan anaknya; kulitnya bersih dengan rambut hitam lurus yang sangat lebat dan badannya lebih besar daripada anak-anak sebayanya. Tungkainya lurus dan berisi. Dan siapa saja akan percaya kelak Lasi akan tumbuh jadi gadis cantik. (hal.29)

Tetapi kehidupan pernikahan mereka akhirnya goyah setelah Lasi mengetahui bahwa suaminya telah menghamili gadis lain di desanya. Lasi kabur ke Jakarta dan bertemu dengan Bu Lanting yang merupakan seorang mucikari untuk para pejabat dan orang-orang penting. Bu Lanting pun membawa pulang Lasi, membelikan Lasi bermacam-macam benda menarik, merawat dan mendandaninya, memberinya makan yang terbaik sehingga Lasi ‘layak dijual’. Usaha Bu Lanting membuahkan hasil, Pak Handarbeni direktur sebuah perusahaan besar terpesona pada Lasi. Tak butuh waktu lama bagi Pak Han maupun Bu Lanting untuk merayu Lasi agar ia mau menikah dengan Pak Han. Pak Han sudah menyiapkan semuanya termasuk rumah megah untuk Lasi, ditambah lagi Lasi merasa berutang budi pada Bu Lanting karena telah merawatnya. Tapi, di tengah kemewahan yang Lasi dapatkan dari Pak Han, ia tak merasakan kebahagiaan sama sekali. Pernikahannya hanya main-main belaka, terbukti ketika Pak Han, tanpa persetujuannya, malah menceraikannya dan menyerahkannya pada Bambung, seseorang yang sangat berpengaruh di pemerintahan.

“Eh, kamu nggak ngerti juga? Dengar, Las. Aku juga sudah bicara dengan Mas Handarbeni. Dia sudah memutuskan melepaskan kamu dan membiarkan kamu jadi milik Pak Bambung.” (hal. 276)

Karena tak mau lagi merasakan pernikahan yang tidak serius, Lasi memutuskan untuk kabur dan menikah siri dengan cinta pertamanya, Kanjat, yang telah menjadi dosen. Tapi Lasi, masih belum memahami seberapa besar pengaruh Bambung dalam negeri ini, jangankan untuk membuat seseorang menjadi direktur sebuah perusahaan, menyeret Lasi dan menjatuhkan Kanjat tentulah hal yang mudah baginya.

P_20160630_105458

Sunday, 14 February 2016

Di Tanah Lada-Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie

27213435Di Tanah Lada oleh Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie

Mulai dibaca: 29 Desember 2015

Selesai dibaca: 31 Desember 2015

Judul: Di Tanah Lada

Penulis: Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie

Penyunting: Mirna Yulistianti

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Tahun terbit: Agustus 2015

Tebal: 244 halaman

ISBN: 978-602-031-896-7

Format: Paperback

Bahasa: Indonesia

Harga: Rp. 49,300 (Gramedia)

Rating: 2/5

Bukan karena AC, tapi karena rasanya memang dingin. Bagian dalam rumah selalu gelap. (Kata Kakek Kia, terang itu menandakan panas. Jadi, ini ada hubungannya. Aku tidak meracau.) Seperti ada hantu yang menggentayangi seluruh bagian rumahku. (Kata orang, hantu membuat ruangan jadi dingin.) Hanya saja, di dalam sini, hantunya hidup. Hidup, berbadan besar, dan sangat menakutkan.

Nama hantunya Papa. (hal. 2)

Di ulang tahunnya yang ketiga, Kakek Kia memberi Salva sebuah kado yang agak berbeda, Kakek Kia memberi Salva sebuah kamus, itu sebabnya Salva pintar berbahasa Indonesia dan mengerti lebih banyak kata lebih cepat dari anak-anak lain seusianya. Meskipun ia pintar, tapi papanya tetap menganggapnya sebagai anak yang tak berguna. Namanya Salva, biasa dipanggil Ava, tapi papanya malah memanggilnya Saliva atau ludah. Ketika Kakek Kia meninggal, semua orang bersedih dan menundukkan kepala, semuanya kecuali Papa. Papa malah kegirangan dengan kematian Kakek Kia dan malah berteriak bahwa mereka akhirnya kaya. Setelah kematian Kakek Kia, Ava beserta Papa dan Mama pindah rumah, ke sebuah rumah susun dengan ruangan yang jelas jauh lebih kecil daripada rumah mereka sebelumnya dan tanpa tempat tidur ataupun kasur setidaknya untuk Ava, atau Mama. Dan akan selalu ada kasur atau kebutuhan lain untuk Papa. Tapi setidaknya Ava mendapatkan seorang teman, seorang teman yang sama menderita sepertinya karena memiliki Papa yang sama jahatnya dengan Papanya, namanya pun sama uniknya dengan namanya, hanya terdiri dari satu huruf, P. Bersama P, Ava mendapatkan sebuah pengalaman baru, mengembara ke tempat-tempat baru sampai jauh ke Tanah Lada.

P_20160111_132318

Tuesday, 5 January 2016

Melihat Api Bekerja-M. Aan Mansyur

25325367Melihat Api Bekerja oleh M. Aan Mansyur

Mulai dibaca: 24 November 2015

Selesai dibaca: 30 November 2015

Judul: Melihat Api Bekerja

Penulis: M. Aan Mansyur

Ilustrator: Muhammad Taufiq (emte)

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Tahun terbit: April 2015

Tebal: 155 halaman

Bahasa: Indonesia

Format: Paperback

ISBN:978-602-031-557-7

Harga: Rp. 42.400 (Pengenbuku)

Rating: 3/5

Saya jarang membaca buku kumpulan puisi. Sekalinya baca, baca buku kumpulan puisi modern. Sekalian mengikuti arus literasi di Indonesia. Saya pun juga kebingungan gimana harus menilai buku ini.

Kau keriangan yang tidak capai bergolak dalam darahku. Kau keseimbangan yang berhati-hati dan tak menginginkanku berhenti. Kau matahari yang memerahkan punggungku.

Kau rumah yang membuatku lupa pulang. Kau petang dan burung-burung yang mencari sarang. Kau senyum yang kusembunyikan dari kemarahan ibu. (Belajar Berenang)

Untitled

Thursday, 31 December 2015

Napas Mayat-Bagus Dwi Hananto

Napas Mayat oleh Bagus Dwi Hananto
Mulai dibaca: 10 November 2015
Selesai dibaca: 22 November 2015
Judul: Napas Mayat
Penulis: Bagus Dwi Hananto
Penyunting: Mirna Yulistianti
Desain sampul: Suprianto
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Bahasa: Indonesia
Tahun terbit: April 2015
Tebal: 186 halaman
ISBN:978-602-031-522-5
Format: Paperback
Harga: Rp. 40.800 (Gramedia)
Rating: 2/5
Awalnya, hidup terasa mudah baginya. Ayahnya kaya raya, ia adalah seorang remaja tampan, mudah baginya untuk mendapatkan apa yang ia inginkan, termasuk cinta. Itu sebelum ayahnya bangkrut dan usia tua menggerogoti fisiknya yang bagus. Sekarang ia hanyalah lelaki yang semakin menua, membanting tulang untuk bertahan hidup, dan tanpa cinta, tanpa kekasih, tanpa pendamping. Penuaan membuatnya kehilangan setiap jengkal keperkasaan yang ia miliki di masa mudanya, setiap helai rambut di kepalanya rontok, membuatnya tampak semakin buruk dan menyedihkan. Dan orang-orang pun juga menyadarinya. Dan bukannya membiarkan ia sendirian, rasanya orang-orang malah membuatnya semakin tersudut dan menyedihkan. Ejekan, makian, dan olokan ia dapatkan dari semua orang di semua tempat yang ia datangi. Sekian tahun menerima ejekan, ternyata tak membuatnya terbiasa, ia kejengkelan dan kebenciannya semakin menumpuk, hingga ia tak sanggup lagi menahannya. Ia berpikir untuk membalas perlakuan mereka padanya, memberi mereka pelajaran bagaimana ejekan mereka sangat menyakiti hatinya. Dendamnya sudah kian menumpuk dan hal yang terpikirkan olehnya hanyalah melenyapkan mereka. Ya, membunuh mereka yang telah membuatnya semakin menyedihkan dan terpojok. Tapi ia tak hanya ingin mereka mati, tapi benar-benar lenyap. Ia tak hanya akan membunuh mereka, tapi juga melahap mereka.

Tuesday, 10 November 2015

Entrok-Okky Madasari

7876993Entrok oleh Okky Madasari

Mulai dibaca: 05 Oktober 2015

Selesai dibaca: 09 Oktober 2015

Judul: Entrok

Penulis: Okky Madasari

Ilustrasi dan desain sampul: Restu Ramaningtyas

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Tahun terbit: April 2010

ISBN: 978-979-225-589-8

Tebal: 282 halaman

Bahasa: Indonesia

Format: Paperback

Harga: Rp 45.000, 00

Rating: 3/5

Setiap hari sejak subuh, Marni dan ibunya akan pergi ke pasar untuk mencari pekerjaan dari para pedagang, pekerjaan apapun asal dapat dikerjakan oleh wanita. Tetapi biasanya ibunya mendapatkan pekerjaan sebagai pengupas kulit singkong, upahnya pun ya singkong-singkong tersebut. Marni pun tak tahan lagi, ia harus mendapatkan sepeser-dua peser uang, untuk membeli sebuah entrok (Bra) bagi dadanya yang sudah mulai tumbuh. Demi membeli sebuah entrok—yang masih tergolong barang mewah baginya—Marni rela bekerja sebagai kuli. Ia membantu ibu-ibu membawakan belanjaan mereka ke angkutannya, hasilnya ia menerima beberapa keping uang. Hingga akhirnya Marni mampu membeli sebuah entrok. Setelah berhasil memiliki entrok walau hanya satu buah, Marni tidak langsung berhenti menjadi kuli, Marni tetap nguli, membantu ibu-ibu membawakan belanjaannya, tetap menerima beberapa keping uang yang akhirnya ia tabung, untuk membeli barang-barang lalu dijual kembali seperti yang dilakukan Nyai Dimah, ucap Marni kepada ibunya. Ibunya tidak langsung menyetujui, tapi Marni pun juga tidak mundur, Marni mewujudkan keinginannya untuk menjadi tengkulak, awalnya hanya berjualan sedikit sekali, tapi lama-kelamaan barang yang dijual makin banyak, hingga ia mampu membeli rumah sendiri. Tetapi, seiring dengan kekayaan dan kemakmurannya yang semakin besar, ternyata masalah yang dihadapi Marni juga semakin membesar, mulai dari aparat yang selalu minta jatah uang keamanan hingga anak tunggalnya yang menentangnya habis-habisan.

Monday, 2 November 2015

Di Kaki Bukit Cibalak-Ahmad Tohari

22454922Di Kaki Bukit Cibalak oleh Ahmad Tohari

Mulai dibaca: 16 September 2015

Selesai dibaca: 17 September 2015

Judul: Di Kaki Bukit Cibalak

Penulis: Ahmad Tohari

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Tahun terbit: Juni 2014

ISBN: 978-602-030-513-4

Bahasa: Indonesia

Format: Paperback

Tebal: 176 halaman

Harga: Rp 40.000,00 (Bukupedia)

Rating: 3/5

Lurah Desa Tanggir yang baru saja terpilih dirasa Pambudi, pemuda berusia 24 tahun, tidak akan membawa perubahan yang signifikan terhadap kemajuan Desa Tanggir. Lurah yang baru memiliki watak yang sama saja seperti lurah yang lama, sama-sama curang! Hal itu dirasakan sendiri oleh Pambudi sebagai pemuda yang bekerja di koperasi desa sebulan setelah pengangkatan lurah baru tersebut, Pak Lurah baru pun juga benar-benar hanya memakmurkan kepentingan perutnya sendiri, sama sekali tidak peduli dengan penduduk Desa Tanggir lainnya. Berawal dari kesadaran Pambudi untuk membantu wanita tua miskin yang ternyata mengidap kanker, Desa Tanggir semakin dikenal oleh masyarakat di luar desa, bahkan di luar kota, kebaikan hati Pambudi semakin dikagumi banyak orang, tapi hal tersebut malah membuat Pak Lurah beserta petinggi-petingginya geram. Di mata orang tampak sekali bahwa mereka adalah perangkat desa yang tidak peduli dengan rakyatnya! Akibatnya Pambudi semakin dibenci oleh Pak Lurah beserta antek-anteknya, hingga menyebabkan ia menyingkir ke luar kota. Tetapi, walaupun tersingkir, perlawanan Pambudi untuk menjatuhkan kepala desa curang tersebut terus berjalan.

2015-11-02-18-38-46_deco

Inilah novel pertama yang saya baca dari penulis yang baru saya kenal melalui cerpen-cerpennya. Dari cerpen-cerpennya saya mengenal penulis bahwa pakem yang beliau gunakan adalah latar mengenai orang-orang pedesaan dan orang-orang miskin yang lugu, polos, dan bodoh, bahasanya yang sangat sederhana namun lugas membuat karya-karyanya mudah dimengerti, karya-karya beliau yang telah saya baca hanya sekadar menggambarkan keadaan sekitar yang awam ditemui oleh masyarakat, tak ada pesan-pesan lain yang harus ditangkap oleh pembaca. Di buku yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1994 ini, walaupun isinya sedikit bergeser dari pakem yang biasanya penulis gunakan, ceritanya sedikit banyak tetap menggambarkan keadaan dan kondisi dari orang-orang pedesaan, hanya saja masalahnya terasa lebih kompleks, lebih serius, dan lebih dalam. Mungkin karena cerita ini hadir dalam sebuah novel dan bukan hanya sekadar cerita pendek. Tokoh utamanya, walaupun masih tokoh yang lahir, tumbuh, dan besar di desa dan merupakan wong ndeso, digambarkan lebih pintar dan cerdas.

di_kaki_bukit_cibalakCover Di Kaki Bukit Cibalak tahun 1986

Konflik dimulai ketika seorang wanita tua miskin yang tengah sakit bernama Mbok Ralem meminta tolong pada Pambudi untuk meminta pinjaman beras untuk dijual kembali sehingga ia bisa mempunyai uang untuk berobat ke kota, Pambudi kebingungan karena Mbok Ralem masih punya hutang beras yang belum dibayar, mereka pun menemui Pak Lurah untuk meminta kemurahan hati, syukur-syukur jika mereka mendapatkan bantuan langsung berupa uang tunai untuk berobat. Seperti yang sudah bisa ditebak oleh Pambudi, Pak Lurah jelas menolak. Dari situlah Pambudi menghadapi masalahnya yang cukup berat hingga membuatnya tersingkir dari tempat tinggalnya sendiri. Mengenai kebaikan hati Pambudi dan keburukan sikap Pak Lurah yang diketahui oleh masyarakat luas, hal tersebut karena kecerdikan Pambudi yang meminta bantuan kepada sebuah koran untuk meminta kemurahan hati pembacanya agar dapat menyumbangkan sebagian hartanya untuk membantu pengobatan Mbok Ralem. Rasanya sulit memercayai hal tersebut dilakukan oleh seorang pemuda dari desa yang hanya lulusan SMA, bukannya saya bermaksud rasis atau apa sih, hanya saja saya takjub aja dengan pemikiran Mas Pambudi yang—jelas—dalam kondisi yang sangat kecepit masih bisa memikirkan untuk mencari bantuan melalui media cetak. Kalau saya yang menggantikan Pambudi, mungkin saya akan menangis histeris nggak tahu harus ngapain dan paling banter malah ngemis. Okay, terdengar depresif sekali. Saya nggak mengerti gimana seorang Pambudi ini ketika masih mengenyam bangku SMA, atau seberapa sering ia membaca koran dan buku-buku pengetahuan lainnya, yang saya tangkap Pambudi adalah pemuda yang cerdas. Tak hanya luhur budinya, tapi ia mampu memberikan kontribusi yang sangat berarti dalam membantu seorang warga miskin. Dan, saya rasa, di situlah poin dari buku ini. Penulis sudah memberikan ciri khasnya dalam menghasilkan karya (menggunakan latar pedesaan dan tokoh yang ndeso), tetapi penulis juga ingin menyampaikan pesan agar pembaca menanamkan sikap luhur dan welas asih seperti Pambudi. Tak hanya itu, dari buku ini saya menangkap pesan lain juga yaitu, tak peduli bagaimana kondisi ekonomimu, ilmu ada di mana-mana, sesungguhnya pengetahuan mudah didapatkan, penulis rasanya ingin mengajak pembaca untuk lebih open-minded, lebih peduli, dan lebih banyak menangkap lebih banyak iinformasi, wawasan, ilmu, dan pengetahuan.

Okay, sesungguhnya saya agak terkejut karena ternyata saya menyelesaikan buku ini hanya dalam satu hari. Dibandingkan dengan buku sebelumnya—dari penulis yang sama—buku ini jelas lebih tebal. Tak hanya itu, alurnya pun saya rasa berjalan sangat membingungkan. Well, sebenarnya tidak juga sih, oke saya akan mencoba menjelaskan apa yang saya rasakan dari alur buku ini dengan sebaik-baiknya. Sebenarnya kalau dilihat secara keseluruhan kejadian yang dituliskan di buku ini sudah bisa dibilang runut, ya, dari A menuju B sampai ke C dan berakhir ke D, sudah jelas dan memang runut, dengan tokoh utamanya adalah Pambudi. Tetapi di tengah perjalanannya Pambudi, penulis seringkali menyisipkan cerita yang lain dari tokoh yang lain, yang masih berada di sekitar lingkaran kehidupan Mas Pambudi. Nah ketika menceritakan tokoh lain sampai selesai, penulis kembali menceritakan Pambudi, walaupun sebenarnya kejadiannya bisa dikatakan runut, saya masih merasa ada detail yang hilang dari kisah Pambudi, dan itu banyak sekali saya temukan di bagian lainnya. Rasanya seperti tidak lengkap, saya terus bertanya-tanya, ‘bagaimana bisa tiba-tiba sudah sampai di sini?’, ‘ada cerita yang saya lewatkan, deh, sepertinya.’ Semacam itulah. Mungkin penulis menghindari memberikan penjelasan yang mendetail karena takut bahwa pembaca akan kebosanan dengan alur yang lambat, tapi saya rasa jika caranya mempercepat alur dengan menghilangkan detail yang—sebenarnya—dibutuhkan oleh pembaca, saya rasa pembaca pun akan menjadi bingung. Saya sebenarnya nggak suka membaca sebuah cerita yang alurnya membosankan, bukan, bukan berarti saya nggak suka dengan alur yang lambat karena ada banyak detail yang diberikan, semuanya tergantung oleh pembawaannya, kalau penulis memberikan banyak detail sehingga memperlambat alur tetapi ceritanya dibawakan dengan bagus, saya bisa menyukai alur yang lambat. Tetapi, jika penulis mempercepat alur dengan menghilangkan cerita-cerita yang seharusnya bisa dinikmati oleh pembaca, wah, si penulis memiliki andil dalam menambah kerutan di dahi pembacanya kalau begitu, karena membuat pembaca kebingungan.

Selain itu, saya juga sedikit sebal dengan ending-nya. Menggantung, memang. Menggunakan penutup yang menggantung saya rasa emang bagus, ya, semacam mempermainkan perasaan pembaca, tapi di buku ini rasanya penutupnya tidak bisa saya terima, saya benar-benar tidak bisa menebak akan sampai di mana Pambudi dengan pasangannya, dan sebagainya. Mungkin karena saya terbiasa membaca cerpen-cerpen karangan penulis, sehingga ketika membaca cerpen beliau yang sedikit diregangkan ini, saya semacam merasa bosan. Mungkin juga belum paham betul ciri khas penulis dalam menciptakan cerita-cerita. Tapi novel ini, beserta penilaian saya terhadap buku ini tidak akan menghentikan saya dalam mengenali karya-karya penulis lebih jauh dan lebih banyak.

Monday, 12 October 2015

Lelaki Terakhir yang Menangis di Bumi-M. Aan Mansyur

Adobe Photoshop PDFLelaki Terakhir yang Menangis di Bumi oleh M. Aan Mansyur

Mulai dibaca: 17 Agustus 2015

Selesai dibaca: 28 Agustus 2015

Judul: Lelaki Terakhir yang Menangis di Bumi

Penulis: M. Aan Mansyur

Editor: Bernard Batubara

Penerbit: GagasMedia

Tahun terbit: 2015

Tebal buku: 260 halaman

Bahasa: Indonesia

Format: Paperback

ISBN: 978-979-780-816-7

Harga: Rp. 46.750, 00 (Pengenbuku)

Rating: 3/5

Sebelum maut merenggut nyawanya, Jiwa Matajang menuliskan sebuah kisah mengenai dirinya, masa kecilnya, dan kekasihnya. Jiwa sangat menyukai puisi dan membaca buku sehingga hal mudah baginya untuk menciptakan puisi, dan juga merebut hati wanita melalui puisi-puisi yang ia ciptakan. Pribadinya yang jarang basa-basi dan ucapannya yang sangat puitis dalam merayu wanita sangat membantunya mendapatkan gadis-gadis bahkan yang tercantik sekalipun, termasuk membantunya mendapatkan Nanti. Sejak melihat Nanti sebagai mahasiswa baru, Jiwa terpesona dengan geligi Nanti yang berderet seperti puisi yang indah, dan hal itu membuat Jiwa jatuh cinta sedalam-dalamnya pada Nanti, Nanti pun jatuh cinta dengan Jiwa, bersama Jiwa ia selalu mendapatkan puisi-puisi indah yang ia inginkan. Mereka bahagia bila bersama, mereka membangun sebuah tempat bagi pecinta buku dan kopi, hingga sebuah jurang memisahkan mereka. Nanti menikah dengan pria lain, meninggalkan Jiwa yang memilih untuk tetap terpenjara dalam geligi dan senyum Nanti dan tetap berkubang dalam genangan kenangannya dengan Nanti. Jiwa berjanji untuk selalu setia pada satu wanita, ia tak pernah mengingkarinya sampai maut merenggut nyawanya.

2015-10-12-21-41-59_deco

Sunday, 11 October 2015

Senyum Karyamin-Ahmad Tohari

18250153Senyum Karyamin oleh Ahmad Tohari

Mulai dibaca: 10 September 2015

Selesai dibaca: 15 September 2015

Judul: Senyum Karyamin

Penulis: Ahmad Tohari

Penyunting: Maman S. Mahayana

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Tahun terbit: Juli 2013

Tebal: 88 halaman

ISBN: 978-979-229-736-2

Bahasa: Indonesia

Format: Paperback

Harga: Rp. 28.800 (Grazera)

Rating: 3/5

Karyamin adalah seorang tukang batu, setiap hari ia harus mengangkut berkilo-kilogram batu yang jauhnya berkilo-kilometer dari rumah dan istrinya demi menyambung hidupnya setiap hari. Tak hanya menghadapi beban hidup seperti memenuhi kebutuhan makanan yang harus ia hadapi, ia pun masih harus menghadapi penagih utang yang tiap datang menagih ke rumahnya seringnya hanya kembali dengan tangan hampa.

Untitled

Tuesday, 11 August 2015

Kambing dan Hujan-Mahfud Ikhwan

25724235Kambing dan Hujan

Judul: Kambing dan Hujan

Penulis: Mahfud Ikhwan

Penerbit: Bentang Pustaka

Penyunting: Achmad Zaki

Tahun terbit: Mei 2015

ISBN: 978-602-291-027-5

Bahasa: Indonesia

Format: Paperback

Keterangan: Pemenang I Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta 2014

Harga: Rp. 55.200 (pengenbuku.net)

Rating: 3/5

Semenjak bertemu secara tidak sengaja di sebuah bus yang menuju ke Surabaya, Mif sudah menentukan gadis mana yang akan ia nikahi. Begitu pula dengan Fauzia, sejak ia bertemu kembali dengan Mif—yang ternyata adalah tetangganya sendiri di Centong—ia sudah menentukan lelaki mana yang ingin ia jadikan pendamping hidupnya. Bersama-sama mereka telah merencanakan masa depan mereka dan keluarga mereka. Tetapi walapun memiliki keyakinan yang sama, aliran yang dianut keduanya berbeda, dan hal itulah yang juga menghambat rencana indah mereka. Sebenarnya jika ingin dirunut lagi, masalah tersebut berakar pada bapak masing-masing. Pak Kandar yang merupakan bapak Mif adalah orang terpenting kaum Muhammadiyah, sedangkan Pak Fauzan adalah bapak Zia yang juga orang paling dihormati oleh kelompok Nahdliyin, mereka tak pernah terlihat bersama-sama seakan-akan ada benteng dingin yang kokoh di antara kedua ayah yang paling ditinggikan di kampung tersebut. Tapi siapa yang mengira bahwa ternyata keduanya dahulu adalah sahabat karib yang sangat saling menyayangi.

Thursday, 25 June 2015

Bumi Manusia-Pramoedya Ananta Toer

4240990_origBumi Manusia oleh Pramoedya Ananta Toer

Judul: Bumi Manusia

Penulis: Pramoedya Ananta Toer

Penerbit: Lentera Dipantara

Editor: Astuti Ananta Toer

Tahun terbit: 1980

Tebal: 536 halaman

ISBN: 9789799731232

Bahasa: Indonesia

Format: Paperback

Harga: Rp 135.000

Rating: 5/5

Minke adalah seorang pemuda cerdas yang merantau ke Surabaya, ia meninggalkan keraton ayahnya agar bisa bersekolah di sekolah Belanda H.B.S. Ia tumbuh di lingkungan orang-orang Belanda, karena keluarganya yang merupakan seorang priyayi, ditambah lagi ia merupakan siswa yang pintar, ia dengan mudah diterima oleh orang Belanda di sekelilingnya dan memiliki banyak teman dari negara yang sekarang sedang menguasai tanah airnya. Suatu hari ia berkunjung ke rumah megah di daerah Wonokromo, rumah yang juga terdapat perusahaan pertanian di dekatnya itu milik seorang hartawan Belanda Herman Mellema. Tetapi orang-orang lebih banyak membicarakan istrinya yang lebih dikenal dengan nama Nyai Ontosoroh, sang nyai lah yang memiliki andil besar dalam memajukan perusahaan itu, ia cantik lagi pintar. Dan juga Annelies, putri sang nyai dan hartawan, yang cantik jelita yang mampu membuat Minke jatuh cinta dalam sekali pandang. Tetapi, kemegahan dan kemakmuran yang dialami oleh sang nyai tidak luput dari masalah yang tak kunjung padam. Ia berjuang sekuat tenaga melawan kekuasaan bangsa Belanda, ia yang hanya seorang pribumi, tak bersekolah, dan selalu lemah di mata hukum.