Showing posts with label Sherlock Holmes. Show all posts
Showing posts with label Sherlock Holmes. Show all posts

Thursday, 12 February 2015

The Return of Sherlock Holmes-Sir Arthur Conan Doyle

Sherlock Holmes dinyatakan hilang. Sejak peristiwa di Air Terjun Reichenbach yang melibatkan pertengkaran Holmes dengan sang Napoleon Dunia Kejahatan, Professor Moriarty, Watson melihat mereka berdua terjatuh ke air terjun itu. Sejak itu mereka dinyatakan menghilang. Bertahun-tahun setelahnya, kejahatan di London semakin merebak karena London tidak lagi memiliki seseorang yang mampu menghentikan dan mencegah berandalan-berandalan itu. Watson yang telah bekerja sama selama bertahun-tahun dengan Holmes, ingin sekali memecahkan banyak kasus dan mengadakan penyelidikan sendiri menggunakan metode sahabatnya itu. Tetapi Watson bukanlah Holmes, ia selalu gagal menyelesaikan kasus tersebut dan kerap menemui jalan buntu. Tanpa Holmes rasanya mustahil menyelesaikan kasus-kasus misteri sekalipun kasus itu sangat sederhana. Di tengah-tengah kebingungannya dalam menyelidiki kasus terbunuhnya Ronald Adair di Park Lane, sebuah kejadian mengejutkan dialami Watson. Setelah menyaksikan sendiri sahabatnya jatuh di Air Terjun Reichenbach, Watson menyaksikan bahwa sahabatnya tiba-tiba muncul di hadapannya, seakan-akan telah bangkit dari kematian.

DSC_0002

Ada tiga belas kasus yang diceritakan di buku ini. Dan ya, semuanya diselesaikan oleh Sherlock Holmes (oops, sorry for spoiling it). Dan sebenarnya saya agak kecewa dengan buku ini. Ketika membaca judul ini, ekspektasi saya adalah saya akan mendapatkan cerita yang epik, cerita yang kalau difilmkan akan langsung bikin saya tepuk tangan, ketika Sherlock Holmes akhirnya kembali. Saya membayangkan bahwa ada kasus yang benar-benar rumit, lalu Watson lah yang terpaksa melakukan penyelidikan sesuai dengan cara sahabatnya, tetapi entah bagaimana Watson seakan-akan mendapatkan bantuan dari ‘seseorang’ dalam memecahkan kasus tersebut, lalu kasus itu ditutup dengan munculnya si detektif kondang ini. Oke, ternyata si detektif muncul di kasus pertama ketika ceritanya baru masuk tahap perkenalan.

Tapi tentu saja, kita nggak akan pernah bisa untuk tidak kagum pada kemampuan Sherlock Holmes yang rasanya bisa menyelesaikan kasus-kasus out of nowhere. Ya, rasanya setiap petunjuk yang dikumpulkan seperti tiba-tiba muncul di hadapan Holmes, apapun yang Holmes lakukan untuk menyelesaikan perkara terlihat seperti sulap. Entah karena saya yang hanya menikmati cerita tanpa berusaha mengikuti pola pikir Mr. Holmes atau apa, rasanya kalau saya yang jadi Holmes kasusnya nggak akan selesai deh, jadinya.

Dari buku ini, saya seperti lebih mengenal Mr. Holmes. Dia pintar, oke semua orang tahu itu. Cerdik, tentu. Lalu jeli, that’s why he can find a lot of evidence OUT OF NOWHERE. Dan ya, sedikit sombong tentu, apalagi ketika ia berhadapan dengan inspektur yang nggak mau kalah macam Inspektur Lestrade. Yang pasti ia suka menyindir. Ketika ia menuntut untuk mendapatkan berita yang benar dari seorang saksi—atau tersangka—ia lebih suka untuk menyudutkan dan mengancam orang itu daripada harus memaksa. Walaupun begitu, ia masih memiliki rasa belas kasihan yang benar-benar patut diacungi jempol, ini saya dapatkan dari suatu kasus di mana Holmes bukannya menahan tersangkanya tapi malah melepaskannya dan menyuruhnya menghilang.

Sunday, 5 October 2014

Sherlock Holmes: Pria Berbibir Miring dan Skandal di Bohemia-Sir Arthur Conan Doyle

Sherlock Holmes kembali mendapatkan kasus. Kali ini ia mendapatkan permintaan dari Ny. St. Clair dari Lee, Kent yang kebingungan dengan kehilangan suaminya. Ny.St. Clair melihat suaminya ketika ia sedang berjalan-jalan sendirian ke kota. Suaminya ketika itu berada di dalam ruangan di lantai dua sebuah gedung, ketika sang suami menyadari bahwa ia melihat istrinya, ia segera melambaikan tangan padanya dan segera menghilang ke dalam ruangan. Ny. St. Clair yang terheran-heran dengan keadaan tersebut segera masuk ke dalam gedung tersebut, tetapi ketika ia naik ke lantai tempat di mana suaminya kemungkinan berada, ia malah tidak menemukan siapapun. Hanya beberapa orang dan seorang pengemis yang sepertinya menyewa gedung usang tersebut.

Di lain waktu, Holmes mendapatkan permintaan lagi. Kali ini permintaan tersebut datang bukan dari orang sembarangan, adalah seorang keturunan Raja Bohemian yang memintanya untuk mencegah seseorang menghancurkan pertunangannya. Bangsawan tersebut bercerita bahwa ia sempat terlibat skandal dengan seorang wanita biasa, dan jatuh cinta padanya. Tapi bangsawan tersebut akan segera menikah dengan wanita bangsawan lainnya, dan wanita yang terlibat skandal tersebut malah mengancam akan menghancurkan pernikahan mereka. Holmes yang ditugaskan untuk mencegah aksi wanita tersebut, malah jatuh hati karena kecerdikan si wanita.

Lagi-lagi dapat buku ini dari bazaar buku murah. Dan lagi-lagi harus menelan kekecewaan karena cerita yang disajikan oleh buku ini sama sekali nggak ada seru-serunya. Bukunya isinya memang ada dua kasus, salah satunya mungkin udah terkenal banget karena di situlah kita ngerti wanita mana sih yang akhirnya membuat si detektif kawakan ini jatuh hati.

Nah, sebenarnya buku yang saya baca ini adalah buku terjemahan yang diterbitkan oleh suatu penerbit yang, well, saya nggak pernah ngerti kiprahnya di dunia literatur. Saya jarang banget dengar penerbit ini, jadi sebenarnya entah memang ceritanya membosankan atau proses editing kah yang membuat ceritanya membosankan. Saya curiga kalau ternyata ada bagian yang sengaja dihilangkan, lalu belum lagi proses menerjemahkan cerita dari bahasa asli penulis, saya merasa cerita yang ada di buku ini nggak semendalam petualangan Sherlock Holmes di buku yang diterbitkan oleh penerbit lainnya—apalagi penerbit yang nggak perlu diragukan lagi oleh pembacanya.

Sejujurnya, di kisah kedua saya rasa ada banyak banget kasus ‘lost in translation’ karena saya sempat bingung membaca kisah yang kedua.

DSC_0006

Dari bukunya saja tipis sekali, lalu ada dua kasus yang diceritakan dalam buku ini, jadinya saya curiga ada bagian yang sengaja dihilangkan lalu diedit lagi oleh penerbit. Di kasus pertama tidak diceritakan lebih lanjut, bagaimana Holmes akhirnya dapat memecahkan kasus si orang hilang, bagaimana ia mengetahui pelaku sebelumnya. Di kasus kedua, latar belakang mengenai skandal di Bohemia tidak diceritakan, klien hanya menceritakan garis besarnya dan rasanya benar-benar tidak memuaskan bagi saya.

Jadi saran saya kepada pembaca, kalau ingin membaca novel terjemahan, mungkin lebih baik membaca novel yang diterbitkan oleh penerbit yang memang sudah punya nama dan tidak diragukan lagi.

Thursday, 5 December 2013

Sherlock Holmes: Penelusuran Benang Merah (A Study in Scarlet)-Sir Arthur Conan Doyle

Dr. John Watson yang merupakan pensiunan tim medis angkatan darat yang ditugaskan di Afghanistan akhirnya kembali ke kota asalnya London setelah dinyatakan terluka dan tak mampu lagi bekerja membantu di medan perang. Dengan mengandalkan dana pensiunan, Dr. Watson memulai hidupnya yang baru sebatang kara. Walaupun disokong oleh dana pensiunan, tetap saja dana tersebut tak dapat mencukupi kebutuhannya dalam masalah makan dan tempat tinggal. Hotel yang didiaminya seorang diri masih dinilai terlalu mahal untuk pensiunan medis angkatan darat. Beruntung, Watson bertemu dengan seorang teman lama. Temannya bercerita bahwa ia sempat mengobrol dengan seseorang yang tergolong cukup aneh yang selalu menghabiskan waktunya untuk bereksperimen di laboratorium di sebuah rumah sakit, orang aneh yang bernama Sherlock Holmes ini juga membutuhkan seorang teman untuk diajak tinggal bersamanya dalam satu apartemen sehingga mampu meringankan biaya sewa apartemen tersebut.

Karena Watson merasa hal tersebut ide yang bagus, Watson pun mengajukan diri sebagai teman untuk berbagi apartemen bersama Mr. Holmes. Malam harinya, Watson pun menemui Sherlock Holmes di laboratorium tempat biasanya ia bereksperimen. Saat ditemui, Mr. Holmes ternyata sedang melakukan eksperimen, begitu mendengar bahwa ia kedatangan tamu Mr. Holmes langsung menyambut kedua tamunya. Yang membuat Watson tercengang adalah, Holmes langsung tahu bahwa Watson baru saja datang dari Afghanistan. Bagaimana Holmes bisa tahu? Watson bahkan belum memperkenalkan diri dengan baik.

Karena tak memiliki pilihan lain, Watson pun akhirnya tinggal bersama Mr. Holmes dalam satu apartemen. Selama seminggu tinggal bersama Holmes, Watson masih belum bisa menebak apa sebenarnya pekerjaan Sherlock Holmes. Holmes kebanyakan duduk diam di ruang tengah dengan pandangan menerawang, seakan-akan berpikir, terkadang ia terlihat seperti seseorang yang kecanduan narkotika. Holmes ternyata juga cukup lihai dalam memainkan biola, ia sering memainkan lagu-lagu klasik yang indah, tapi ia juga sering memainkan nada-nada yang tak diketahui yang mungkin menggambarkan isi hatinya. Walaupun terlihat menganggur, Holmes ternyata cukup sering mendapat kunjungan, dari golongan bangsawan hingga portir, tamu-tamu yang mengunjungi Holmes sering diklaim olehnya sebagai kliennya. Watson pun semakin bertambah heran, berhubung Holmes tidak menempuh pendidikan medis secara formal tetapi ia memiliki klien yang hampir tiap hari mengunjunginya.

Suatu hari Holmes menerima surat yang berisi tentang sebuah pembunuhan. Surat tersebut ternyata dikirim oleh seorang detektif polisi ‘Scotland Yard’. Detektif polisi tersebut secara terang-terangan meminta bantuan Sherlock Holmes untuk memecahkan kasus pembunuhan yang dinilai cukup membingungkan. Dari surat tersebut, Holmes bercerita pada Watson bahwa ia adalah detektif swasta yang pemikiran dan deduksinya sering dibutuhkan oleh detektif-detektif lain yang kurang kompeten tersebut untuk memecahkan suatu teka-teki.

Mengenai kasus pembunuhan yang terjadi, korban bernama Enoch J. Drebber, yang mukanya dideskripsikan Watson sebagai muka terseram yang pernah ia lihat. Enoch ditemukan tewas di sebuah rumah yang tidak ditinggali lagi oleh pemiliknya. Ia diduga tewas karena racun, karena tidak terdapat tanda-tanda terjadi kekerasan pada tubuhnya walaupun ada bercak-bercak darah yang menempel di pakaiannya. Di TKP pembunuhan Mr. Drebber ditemukan cincin kawin untuk wanita. Tetapi pelakunya, menurut deduksi Holmes, merupakan orang yang tinggi besar. Mr. Drebber yang ternyata berasal dari Amerika ternyata tidak datang ke London seorang diri, ia datang bersama sekretarisnya, Mr. Stangerson yang masih dicari keberadaannya. Beberapa hari setelah dilakukan pencarian terhadap Mr. Stangerson, ternyata Mr. Stangerson ditemukan tewas di hotel tempatnya singgah. Ia ditemukan dengan keadaan lebih mengenaskan daripada Mr. Drebber. Pelakunya kemungkinan besar merupakan pelaku yang sama. Tetapi pada kedua TKP, pelaku meninggalkan tulisan ‘RACHE’ yang dalam Bahasa Jerman berupa ‘Pembalasan’ di dinding dekat korban.

Inilah kisah pertama dari petualangan Sherlock Holmes yang dipublikasikan oleh penulis. Kisah yang diceritakan berdasarkan catatan harian yang ditulis oleh Dr. John Watson ini diawali dengan sejarah singkat Dr. Watson yang bekerja sebagai tenaga medis angkatan darat di Afghanistan, Dr. Watson akhirnya dibebas tugaskan karena terluka oleh tembakan, dan kembali ke daratan London dan akhirnya berkenalan dengan orang aneh yang akhirnya menjadi teman berbagi apartemen, Sherlock Holmes. Sherlock Holmes digambarkan sebagai seorang yang memiliki kemampuan deduksi lebih baik dari detektif manapun. Karena ini merupakan kisah pertama yang diterbitkan, saya rasa wajar kalau banyak pembaca menilai Holmes sebagai orang yang arogan. Tetapi, pembawaannya yang arogan tersebut bisa jadi membuat kemampuannya tidak bisa dianggap remeh oleh orang lain, terbukti dengan permintaan-permintaan dari banyak orang bahkan detektif polisi sekalipun, walaupun memberikan deduksi dengan sifat arogan, permintaan untuk menyelesaikan kasus-kasus yang membingungkan tetap berdatangan.

DSC_0050

Untuk kasusnya sendiri, sebagai buku pertama kasus yang dipaparkan terbilang seru banget, dan ya menegangkan banget buat menunjukkan kemampuan deduksi Holmes pertama kali kepada pembaca. Kadang-kadang saya berpikir bahwa kemampuan deduksi milik Holmes ini khayal banget dan kesannya itu magic, Holmes hanya butuh sekali pengamatan TKP dan pengamatan pada korban, lalu tunggu beberapa hari dan tadaaaaa, ia akan menangkap pelakunya. Karena saya lebih sering baca kisah detektif yang dalam bentuk komik, dan kesannya adalah, detektif itu dapat beberapa petunjuk lalu akhirnya ia membongkar semuanya sekaligus menangkap pelaku kasus, kisahnya Holmes ini jelas berbeda banget dengan detektif yang ada di komik, Holmes mendapatkan beberapa petunjuk, menganalisa kasus lebih detail berdasarkan petunjuknya, ia dapat pelakunya tapi belum menangkapnya, lalu langkah selanjutnya ia hanya tinggal memasang jebakan—atau malah mengejar—dan si pelaku datang sendirinya kepada Holmes, nah letak serunya mungkin di aksi mengejar si pelakunya, dan di buku ini cara Holmes menjebak si pelaku tergolong konyol sekali maksudnya di luar dugaan. Yang membedakan kisah Holmes dengan kisah detektif yang ada di komik adalah, kalo di komik-komik detektif kesan yang ditunjukkan adalah memberi kejutan kepada pembaca dengan tidak memberikan petunjuk-petunjuk yang didapatkan secara detail kepada pembaca (kan biasanya ada tuh adegan pas si detektif nemuin petunjuk tambahan—bahkan yang bisa jadi kunci kasus—dan bisa membongkar semuanya, tapi petunjuk penting itu gak dikasih tau ke pembaca), di dalam kisah petualangan Holmes petunjuk-petunjuk yang didapatkan Holmes semuanya dipaparkan kepada pembaca, yang perlu dilakukan oleh pembaca adalah membayangkan lokasi, setting, detail, semuanya sesuai dengan deskripsi yang diberikan. Hayo, susah yang mana?

Buku ini ternyata nggak hanya menceritakan tentang kasus dan penangkapan pelakunya, lho. Bahkan motif dan latar belakang pelaku dalam membunuh korbannya juga diceritakan, bahkan sangat detail sekali, mungkin supaya pembaca juga mengerti dan paham banget kenapa si pelaku pmbunuhan sampai harus melakukan pembunuhan tersebut. Kisah latar belakangnya bisa dibilang sukses bikin saya simpati, dan sukses juga bikin saya paham mengenai pembunuhan yang dilakukan oleh si pelaku, maksudnya sukses bikin saya berpikir, ‘Well, mungkin kalo saya jadi si pelaku, i’ll do the same thing.’

Pada akhirnya, walaupun kemampuan Holmes terkesan magic, saya yakin banget kalo kemampuan itu bisa banget dipelajari, yang dibutuhkan hanyalah ketelitian, dan nggak lengah terhadap hal kecil apapun.

Monday, 26 August 2013

Sherlock Holmes: Empat Pemburu Harta-Sir Arthur Conan Doyle

Setelah berbulan-bulan menganggur dan tak mendapatkan kasus apapun untuk diselesaikan, Sherlock Holmes dan asistennya, Watson, kembali mendapatkan klien. Klien yang akhirnya membuat Holmes menghentikan hobinya selama menganggur, mengisap kokain, merupakan seorang wanita cantik yang bekerja sebagai pengurus rumah sebuah keluarga kaya. Wanita itu, bernama Mary Morstan, secara langsung mendatangi kediaman Holmes dan Watson di Baker Street dan menceritakan masalahnya.

Selama enam tahun belakangan, Mary selalu mendapatkan kiriman berupa mutiara asli yang sangat berharga tiap tahunnya. Siapa pengirimnya, itulah yang tidak diketahui oleh Mary, dan beberapa hari sebelum mendatangi kediaman Holmes, Mary mendapatkan sepucuk surat yang diduga dikirim oleh pengirim yang juga tiap tahun mengirimkan mutiara pada Mary. Surat itu berisi ajakan agar Mary menemui sang pengirim. Karena diijinkan untuk membawa dua orang rekan, maka Mary mengajak sang detektif kondang itu dan asistennya.

Setelah ditemui, sang pengirim rupanya seorang yang pendek dengan tubuh lebar dan kepala botak. Ia mengaku bernama Thaddeus Sholto, putra Kapten John Sholto, rekan dari ayah Mary ketika bertugas di India. Thaddeus menceritakan bahwa ketika Kapten Sholto dan ayah Mary, Arthur Morstan, bekerja bersama di India, mereka menemukan harta dalam jumlah yang banyak. Tetapi Kapten Sholto berbalik dan malah mengkhianati Arthur, Kapten Sholto membawa kabur harta itu sendiri dan kembali ke London. Hingga akhirnya, sepuluh tahun sebelum Mary mendatangi Holmes, Arthur memutuskan untuk kembali ke London. Kendati sudah berada di London, Mary tetap kesulitan menemui ayahnya sendiri. Hingga beberapa hari setelah Arthur memberi kabar pada Mary bahwa ia telah berada di London, Arthur ditemukan tidak bernyawa lagi di kamar apartemennya. Lalu Mary mulai menerima kiriman mutiara berharga yang ternyata dikirim oleh Keluarga Sholto. Kapten Sholto sendiri juga telah meninggal tak lama setelah Arthur tewas.

Malam itu ketika Kapten Sholto yang tengah terbaring kesakitan, dan tengah meregang nyawa, menceritakan kepada kedua putranya perihal harta yang ia dapatkan. Tetapi, ia malah melihat bayangan seseorang yang ia kenal ketika di India sedang mengintip dari jendela kamarnya. Bayangan tersebut seakan mengancamnya, sehingga membuat Kapten Sholto ketakutan. Thaddeus dan kakaknya yang secara spontan mencari si pengintai ternyata malah tidak menemukan siapapun, dan sekembalinya mereka ke kamar ayah mereka, mereka malah menemukan ayah mereka telah tak bernyawa dan sebuah surat yang ditandai oleh ‘Empat Pemburu Harta’ yang sepertinya juga mengincar harta yang telah dibawa Kapten Sholto. Beruntung bahwa harta tersebut ternyata telah dipindahkan dari rumah Kapten Sholto ke kediaman kakak Thaddeus tersebut, Bartholomew Sholto.

Karena merasa bahwa keluarga Morstan berhak mendapatkan harta tersebut, maka Thaddeus mengundang Mary untuk mengambil sebagian harta di kediaman kakak Thaddeus. Nyatanya setelah mereka mendatangi kediaman Bartholomew, Bartholomew malah ditemukan tewas di kamarnya dan peti yang digunakan untuk menyimpan harta juga telah hilang. Sang pencuri diduga merupakan orang yang sama yang mengintai Kapten Sholto dan yang meninggalkan tanda ‘Empat Pemburu Harta’. Setelah melakukan penelusuran dan penyidikan sementara di TKP, Holmes pun mendapatkan informasi bahwa sang pencuri merupakan seorang pincang dan ia menggunakan kaki kayu untuk membantunya berjalan dengan benar. Dan si pencuri sepertinya tidak sendirian, ia membawa seseorang lain untuk membantunya melakukan aksi pencurian harta tersebut.

DSC_0340

Kisah ini lebih menceritakan mengenai pengejaran seorang pencuri, jadi daripada menyebut kisah ini sebagai suatu kisah yang menceritakan mengenai kehebatan Sherlock Holmes dalam menyelesaikan kasus, mungkin kisah ini lebih cocok disebut sebagai kisah pengejaran dan penangkapan ‘Empat Pemburu Harta’. Konflik pertama, kematian ayah Mary yang misterius, pun akhirnya dapat dengan mudah diselesaikan. Konflik kedua, ketika Mary mulai menerima kiriman berupa mutiara yang berharga, akhirnya si pengirim menunjukkan batang hidungnya dengan sendirinya. Konflik ketiga, ketika Bartholomew Sholto ditemukan tewas di kamarnya dan harta karun yang ditemukan ayahnya menghilang, pencurinya pun dengan mudah ditebak oleh Sherlock Holmes. Maka, tugas Sherlock Holmes hanyalah tinggal menemukan tempat si pencuri kira-kira akan melarikan diri, yang akhirnya juga dengan mudah ditebak oleh Holmes. Kesimpulannya, Holmes hanya tinggal menunggu waktu yang tepat sampai akhirnya si pencuri melemah, dan Holmes dapat langsung menangkapnya.

Oke, mungkin dari resensi yang saya buat, kisah ini bisa jadi agak sedikit membosankan. Well, sejujurnya, saya pun sedikit merasa bosan ketika membaca kisah yang satu ini, karena memang dasarnya sedari dulu dicekoki komik detektif semacam Komik Detektif Conan, jadi untuk kisah yang cuma sekedar mengejar si penjahat, kisah ini sedikit membosankan. Tapi nggak adil rasanya kalo hanya memperhatikan kisah pengejarannya saja tanpa melihat deduksi-deduksi Holmes.

Holmes, seperti biasa, memberikan deduksi-deduksinya setelah mendapatkan petunjuk-petunjuk sepele dan sangat sederhana, selalu memperhatikan hal-hal kecil secara detail, dan tentu saja dengan pembawaan yang tenang. Karena itu Holmes dengan mudah mendapatkan figur si pencuri harta sekaligus partnernya. Holmes bahkan dengan mudah mendapatkan lokasi si pencuri kemungkinan akan kabur, menggunakan kendaraan macam apa, dan siapa saja yang membantu si pencuri.

Sementara Watson, asisten Holmes, yang juga berperan sebagai pencerita, di kisah ini cukup banyak kemunculannya, nggak sekedar sebagai pembantu Holmes dan pencerita. Ia jatuh cinta kepada klien Holmes, Mary Morstan, dan bertugas untuk melindungi Mary sementara Holmes menyelesaikan kasusnya. Dan benar sekali, kalo di film SherlockHolmes (yang bintangnya Robert Downey Jr. dan Jude Law), Mary Morstan adalah wanita yang menjadi tunangan Watson. Mary Morstan versi buku dan versi film juga memiliki karakter yang berbeda jauh. Jika di film Mary terkesan tough, terhormat, pemberani, dan sedikit culas terutama pada Holmes, Mary versi buku sangat berkebalikan dengan versi filmnya. Mary versi buku jauh lebih lembut dan terkesan lemah terhadap apapun.

Mungkin ini pertama kalinya saya baca lagi kisah Sherlock Holmes sejak terakhir kalinya saya baca kisahnya, lupa deh, waktu itu jaman SMP kalo nggak salah. In the end, walaupun sedikit membosankan, di buku ini pembaca tetap bisa mengagumi Sherlock Holmes dan kemampuan detektifnya.