Friday 16 February 2018

Dulu Saya Suka Membaca

Post kali ini, saya akan membahas sesuatu berdasarkan ucapan teman saya yang bukan-bookworm yang cukup sering saya dengar.

Seperti ini contohnya,

“Sebenarnya aku tuh dulu suka membaca, loh.”

Dulu? Apakah sekarang tidak suka lagi, begitu?

“Ya, berhubung nggak punya waktu, jadi semacam nggak sempat membaca lagi, jadi sekarang nggak pernah lagi baca buku.”

banner

Oh, begitu. Jadi saya bisa menyimpulkan bahwa teman-teman saya dulu juga gemar membaca buku, mungkin dulunya mereka seperti kita, selalu menyempatkan diri untuk membaca buku tetapi sekarang mereka lebih sibuk, waktu yang mereka miliki sangat sedikit. Saat mereka menemukan waktu senggang, mereka lebih memilih untuk menghabiskannya dengan aktivitas lain, menonton film, misalnya, atau sekadar bermalas-malasan di kasur.

Saya rasa itu omong kosong. Kalau mereka benar-benar suka membaca, tak peduli sesibuk apapun mereka, mereka tetap akan menemukan waktu untuk membaca, walaupun hanya beberapa halaman, atau beberapa paragraf.

Setidaknya, begitulah pemikiran saya terhadap ucapan teman-teman saya yang mengaku dulunya suka membaca.

Sebelum saya merasakan sibuknya berkutat dengan membuat analisis-analisis dan menyusun sebuah laporan.

Saya pun akhirnya merasakan sibuknya dunia karir, waktu saya habis untuk mengurus pekerjaan, saat istirahat saya benar-benar menggunakannya untuk mengistirahatkan tubuh dari aktivitas saya di kantor. Tak jarang juga saya baru meninggalkan kantor lebih malam, sampai rumah saya hanya makan, mandi, lalu tidur. Benar-benar langsung tidur karena lelah dengan semua ini. Ha ha ha.

Dari situ saya akhirnya semacam merasakan penderitaan teman-teman saya yang kerap mengatakan, ‘Sebenarnya aku tuh suka membaca, loh.’ Sejak mengenal yang namanya ‘sibuk karena pekerjaan’, saya jadi semacam menelan ludah sendiri, karena ternyata ‘nggak sempat membaca karena sibuk bekerja’ ternyata bukan omong kosong belaka.

Tetapi walaupun sempat mengalami penyakit ‘malas membaca’, timbunan saya malah bertambah, karena memang saya tetap membeli buku, wajar kan ya, punya pemasukan sendiri pastilah saya akan lebih sering membeli buku-buku.

87d41bf82de1cca700e650ef9735fde2

yea, right (credit to: Sarah Andersen)

Lama-lama, setelah melihat daftar tunggu bacaan saya yang semakin panjang dan nggak berkurang-kurang, saya pun terdorong untuk kembali melakukan hobi saya, kesenangan saya.

Pertama-tama saya memaksa diri saya sendiri untuk membaca sebelum tidur, nggak peduli cuma mampu menghabiskan 1 halaman, atau hanya 1 kalimat, pokoknya saya harus bisa membaca lagi. Saya harus membaca lagi.

Lama-lama, saya pun merasakan lagi, perasaan harus melanjutkan membaca bab-bab suatu buku, mungkin karena saat itu saya membaca buku yang tepat, seru, dan benar-benar bikin saya pengin terus melanjutkan membaca buku tersebut sampai halaman terakhir (saya lupa juga buku apa yang waktu itu saya baca). Nah, karena saya merasakan urgensi tersebut, saya mulailah membaca saat istirahat, saya bahkan curi-curi waktu saat bekerja, demi bisa mengintip lanjutan cerita buku tersebut. Saya pun jadi lebih sering naik bus, supaya bisa membaca lagi dalam perjalanan menuju ke tempat kerja.

Dan begitulah, saya akhirnya menandaskan sebuah buku di tengah-tengah kesibukan dan pekerjaan saya. Dan saya bersyukur kebiasaan tersebut masih saya lakukan sampai sekarang. Dan, ya, saya sering mencuri-curi untuk membaca satu paragraf saat saya tengah bekerja. Mungkin bedanya, sekarang saya nggak naik bus untuk menuju ke tempat kerja, malah lebih baik, saya jalan kaki. Dan ya, saya juga membaca buku dalam perjalanan saya menuju kantor.

1b6ee8cef3c8e628d967e57afc253ce3

I can do the number 2 now (credit to: Sarah Andersen (again))

Jadi, begitulah. Sebenernya mudah, kan, untuk menemukan kembali minat terhadap membaca. Kalau teman-teman mengatakan dulu teman-teman merupakan pribadi yang gemar membaca tapi sekarang tidak lagi karena sibuk, yang perlu teman-teman lakukan hanyalah menemukan waktu yang tepat.

Kalau dalam kasus saya, sepertinya menemukan buku yang tepat juga memberikan pengaruh yang signifikan terhadap minat membaca.

Oke, kembali menemukan waktu yang tepat untuk membaca. Sebenarnya membaca buku ini termasuk kebiasaan yang sangat fleksibel. Teman-teman bisa membaca di mana saja dan kapan saja. Kalau teman-teman merasa waktu teman-teman habis karena pekerjaan dan lebih memilih melepas kepenatan dengan kegiatan lain, tetapi teman-teman juga ingin membaca buku lagi, silakan temukan waktu yang tepat.

15 menit sebelum tidur misalnya.

cool-Sarah-Andersen-book-reading-night

What sleep when you have a good book? (credit to: you know who, lah)

Atau 15 menit setelah bangun tidur.

Mengurangi waktu berselancar di media sosial dan menggantikannya dengan menghabiskan beberapa halaman buku.

Di perjalanan menuju manapun (itupun kalau teman-teman di posisi sebagai penumpang atau sedang berjalan kaki).

Saya sih, tetap nggak bisa memaksa teman-teman kalau teman-teman lebih memilih menghabiskan waktu untuk melakukan kegiatan lain, tetapi kalau teman-teman sangat ingin menghabiskan suatu buku padahal kamu memiliki segudang kesibukan, tips yang bisa saya berikan hanyalah menemukan waktu yang tepat.

3 comments:

  1. Simple tapi sangat mengena!

    Pas jaman sekolah dulu, aku termasuk anak yang doyan baca. Ssaking sukanya baca, tiap minggu aku rajin nongkrong dan pinjam buku di perpus sekolah. Uang jajan kukumpul untuk beli komik.

    Nah, jaman kuliah, kebiasaan membaca ini beralih ke membaca buku-buku non fiksi alias text book kuliah dan untungnya karena aku mengambil jurusan sastra, aku jadi banyak mengkonsumsi buku-buku sastra juga.

    Lulus kuliah aku sempat melupakan hobiku ini karena aku menemukan sebuah hobi baru yang cukup mengasyikkan, game online. Jadilah aku berkecimpung di dunia game online ini selama beberapa tahun.

    Ketika hamil anak pertama, aku kembali kepada hobi lamaku. Debut kembalinya aku ke dunia baca justru ditandai dengan tandasnya beberapa buku parenting (maklum ya bakal jadi new parents) dan bersyukurnya hal ini bertahan sampai sekarang.


    Dengan profesi seorang guru dan ibu dari dua anak (4,5 dan 6,5 tahun), aku tetap menyempatkan diri membaca buku. Kapan pun, di mana pun. Dan inilah yang sedang kucoba "tularkan" kepada anak2ku: kenikmatan membaca.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Keren banget, mbak. Walaupun tetap sibuk bekerja dan ngurus anak hobi bacanya jalan terus. Semoga kebiasaan bacaku juga lanjut terus dan bisa menular ke generasi berikutnya.

      Delete
  2. menarik sekali sama seperti saya hehe

    berita dunia

    ReplyDelete