Friday 19 May 2017

To All the Boys I’ve Loved Before-Jenny Han

book-2015-03-26-tatb-thumbTo All the Boys I’ve Loved Before oleh Jenny Han

Mulai dibaca: 09 Februari 2017
Selesai dibaca: 23 Februari 2017

Judul: To All the Boys I’ve Loved Before
Penulis: Jenny Han
Penerbit: Spring
Penerjemah: Airien Kusumawardani
Penyunting: Selsa Chintya
Tahun terbit: September 2015 (Cetakan kedua)
Tebal buku: 384 halaman
Format: Paperback
ISBN: 978-602-715-051-5
Harga: Rp.64.000

Rating: 4/5

Surat-surat cinta. Dari semua benda yang kusimpan, kurasa bisa dikatakan bahwa surat-surat cintaku adalah simpananku yang paling berharga. (hal. 4)

Lara Jean menyimpan surat-surat cintanya di dalam kotak topi pemberian ibunya. Hanya saja, surat-surat tersebut bukan surat-surat dari cowok yang menyukainya. Justru sebaliknya, surat-surat tersebut ditulis oleh Lara Jean untuk cowok-cowok yang ia sukai. Dalam suratnya ia menceritakan berbagai hal tentang cowok-cowok tersebut, dan karena ia mencurahkan semuanya dalam surat-surat tersebut akan lebih baik bila surat-surat tersebut tidak sampai ke tangan cowok-cowok tersebut, kan? Atau siapa pun. Tapi, tidak. Entah bagaimana, surat-surat tersebut terkirim ke semua cowok-cowok yang ia sukai! Surat-surat tersebut terkirim ke cowok terkeren di sekolah, cowok yang ia temui di perkemahan, sampai mantan pacar kakaknya sendiri!

Kubuka mataku. Aku tidak sedang bermimpi dan ini nyata. Ini mimpi buruk. Peter Kavinsky menggenggam suratku di tangannya. Tulisan tanganku, amplopku, perasaanku. “Bagaimana—bagaimana kau bisa mendapatkan surat itu?” (hal. 77)

Dan sekarang Lara Jean harus menghadapi cowok-cowok tersebut, terutama padaJosh, mantan pacar kakaknya, tetangga depan rumahnya, dan kakak kelasnya di sekolah. Lara Jean harus menyangkal, ia harus meyakinkan Josh bahwa ia sudah tak menyukainya lagi. Dan cara terbaik yang terpikirkan adalah berpacaran dengan Peter Kavinsky, cowok terkeren di sekolah, mantan pacar cewek terpopuler di sekolah, dan salah satu cowok yang juga mendapat surat cinta Lara Jean.

Peter menaikkan alisnya. “Oh. Oke. Masuk akal. Jadi , bagaimana kita bisa pacaran?” (hal. 126)

Tapi berpura-pura berpacaran dengan cowok terkeren di sekolah tidak langsung membuat Lara Jean terhindar dari masalah. Dari cewek yang sama sekali tidak populer, sekarang ia berpacaran dengan cewek terkeren di sekolah. Ia mungkin terhindar dari Josh, tapi ia tak bisa menghindari mantan Peter yang terus mencari gara-gara dengannya.

“Tapi jangan khawatir. Karena sekarang kau adalah seorang gadis nakal, aku yakin akan ada banyak cowok yang ingin berkencan denganmu. Untuk kencan semalam.” (hal. 341)

DSC_0101-ed

Jenny Han lebih dulu dikenal melalui trilogi ‘The Summer I Turned Pretty’ dan trilogi ‘Burn for Burn’. Sebelum buku ini terbit, baik versi asli maupun terjemahannya, sebenarnya saya belum pernah mendengar tentang penulis sama sekali maupun tentang trilogi sebelumnya. Penulis baru mendapat perhatian saya ketika buku ini terbit. Dan dengan kekuatan media sosial dan banyaknya akun bookworms yang saya ikuti yang juga lumayan banyak membicarakan buku ini membuat seakan buku ini fenomenal banget. Well, saya rasa judulnya memang menarik, sih. Sampulnya pun juga menarik, saya bener-bener suka sama modelnya (no homo, okay).

Hal pertama yang saya pikirkan ketika membaca judulnya adalah buku ini bercerita mengenai seorang cewek populer yang menulis surat pada mantan-mantannya. Oke, pemikiran yang sangat berbeda dari yang ditulis oleh Jenny Han. Ternyata buku ini bercerita mengenai jungkir baliknya kehidupan Lara Jean setelah surat-surat untuk cowok-cowok yang pernah ia sukai, entah bagaimana, terkirim ke cowok-cowok tersebut.

Surat-surat itu bukan surat cinta yang ditulis orang lain untukku. Aku tidak punya surat seperti itu. Surat-surat itu adalah surat yang kutulis sendiri. Ada satu surat untuk setiap cowok yang pernah kucintai—totalnya ada lima pucuk surat.
Setiap kali menulis, aku mencurahkan segalanya. Aku menulis seolah-olah mereka tidak akan pernah membacanya. Karena memang mereka tidak akan pernah membacanya.
(hal. 4)

Jadi bukunya merupakan drama romantis anak SMA dengan tokoh utamanya adalah cewek keturunan Korea-Amerika yang tinggal di Virginia bernama Lara Jean Song Covey. Surat-surat cintanya ini membuat Lara Jean terlibat dalam kisah cinta yang menurut saya ribet. Banget. Bukan rumit, ya, tapi ribet dan bikin kesel. Jadi, untuk menghindar dari Josh, salah satu cowok yang mendapatkan surat cintanya dan merupakan mantan pacar kakaknya sendiri, Lara Jean secara impulsif membuat cowok terkeren di sekolah, Peter Kavinsky terjebak dalam drama surat cinta Lara Jean yang ribet itu.

“Siapa cowok itu?”
“Cowok apa?”
“Pacarmu.”
Saat itulah aku melihatnya. Peter Kavinsky, berjalan menyusuri lorong. Bagaikan sebuah keajaiban.
(hal. 96)

Nah, keputusan Lara Jean dan Peter untuk berpura-pura sedang berpacaran ini sebenarnya punya alasan yang sama, menghindari seseorang. Lara Jean ingin menghindar dari Josh karena tak ingin menyakiti hati kakaknya dan Peter ingin menghidar dari mantannya. Jadi yang menarik dari Lara Jean dan Peter adalah, bagaimana seorang gadis yang polos (maksudnya dilihat dari pergaulan Lara Jean yang jauh dari minuman beralkohol, narkoba, maupun seks sebelum menikah), baik-baik, dan tidak populer tiba-tiba kehidupannya berbalik menjadi gadis yang paling dibicarakan di sekolah karena berpacaran dengan Peter Kavinsky. Sementara Peter Kavinsky, seorang remaja laki-laki yang kehidupan pergaulannya bener-bener berbeda 180 derajat dengan Lara Jean, tiba-tiba juga harus menyesuaikan diri dengan Lara Jean yang polos dan nggak ngerti sama sekali cara berpacaran anak muda jaman sekarang, dan sebenarnya Peter menyesuaikan diri dengan baik. Baik Lara Jean maupun Peter melakukan peran mereka sebagai pacar masing-masing dengan sangat baik sehingga banyak orang yang percaya bahwa mereka memang berpacaran.

Karakter Lara Jean sebenarnya sama dengan penggambaran gadis-gadis polos yang belum pernah berpacaran dalam novel Young-Adult lainnya, hanya saja ada beberapa sifat yang membuat Lara Jean kelihatan spesial, seperti keahliannya memasak atau kelemahannya dalam mengemudi dan kecemasannya mengenai opini orang lain tentangnya.

“Masalahnya adalah... aku belum pernah punya pacar. Aku belum pernah pergi berkencan sungguhan, atau berpegangan tangan sambil berjalan di lorong sekolah. Semua ini hal baru bagiku, jadi maafkan aku atas benturan dahi tadi pagi. Aku hanya... berharap semua ini benar-benar terjadi, tapi bukan denganmu.” (hal. 128)

Buruknya Lara Jean adalah ia terlalu mencemaskan hal tersebut, ia mencemaskan perasaan kakaknya yang mungkin akan membencinya jika kakaknya tahu bahwa ia menyukai Josh, atau pendapat orang-orang ketika ia mulai ‘berpacaran’ dengan Peter Kavinsky terutama mantan pacar Peter yang sepertinya masih mencintai Peter dan berusahan merebut kembali dari Lara Jean. Lara Jean menurutku merupakan gadis yang over-thinking, ia seperti melupakan sandiwaranya, ia seperti lupa untuk fokus pada perannya dan membuat orang lain benar-benar yakin bahwa ia berpacaran dengan Peter dan ia terlalu berpikiran macam-macam sehingga tanpa ia sadari pemikirannya tersebut yang justru menggoyahkan hubungannya dengan Peter.

Lalu ada Peter Kavinsky. Sejujurnya, yang bikin saya menyukai buku ini adalah karakter Peter Kavinsky yang santai, jenaka,dan sedikit menggemaskan. Sebagai pacar bohongan Lara Jean, Peter berusaha meyakinkan orang-orang bahwa ceritanya dengan mantannya tersebut benar-benar sudah berakhir dan sekarang ia berpacaran dengan Lara Jean. Menurut saya justru Peter lah yang berperan lebih besar sehingga peran mereka tampak sangat meyakinkan. Peter melakukan banyak hal, mulai dari berinisiatif mengirim pesan atau menelepon Lara Jean secara rutin tiap malam, yang sebenarnya nggak perlu,kan, orang lain hanya butuh visualisasi aja bahwa Lara Jean dan Peter berpacaran, hingga mengorbankan waktu tidurnya demi menjemput Lara Jean ke sekolah. Menurut saya, lama-kelamaan cerita yang ada di buku ini malah nurutin ceritanya si Peter bukan lagi tentang Lara Jean yang berusaha menghindari Josh. Karena lama-kelamaan ceritanya jadi seperti ini, awalnya Lara Jean berpacaran dengan Peter karena Lara Jean ingin meyakinkan Josh bahwa Lara Jean tidak lagi menyukai Josh lama kelamaan menjadi Lara Jean membantu Peter meyakinkan orang-orang bahwa Peter sudah benar-benar lepas dari mantannya.

“Uh... menurutmu apa tidak aneh kalau cewek yang seharusnya adalah pacarku memakai kostum yang sama dengan cowok lain?” tanya Peter. (hal. 248)

Secara keseluruhan saya suka banget sama buku ini. Banget, banget! Dan mungkin juga karena saya gemes dengan karakter Peter Kavinsky sampe-sampe saya pengen banget punya pasangan yang keren dan menggemaskan kayak dia (kalo imut, malah lebih bagus, hehehe). Saya sebenarnya masih susah memercayai diri saya sendiri karena menyukai novel, yang bisa dibilang, receh karena ceritanya tentang kisah cinta anak SMA yang ribet tapi sebenarnya cute dan lucu banget, deh, menurut saya.

Peter begitu bangga karena bisa menyebut nama Hogwarts, rasanya cukup menawan.
Secepat kilat aku menarik topengnya, lalu kubekap mulutnya dengan satu tangan. Dengan tanganku yang lain aku mengayunkan tongkatku lagi. “Silencio!” Peter berusaha mengatakan sesuatu, tapi aku membekapnya lebih keras. “Apa? Apa katamu? Aku tidak bisa mendengarmu, Peter Parker.”
(hal. 249-250)

Maksudnya, di  usia saya yang sekarang, saya udah tergolong jarang banget, hampir nggak pernah malahan, membaca novel roman apalagi novel roman yang tokohnya masih SMA, dan sekalinya saya baca buku ini,ternyata saya suka banget sama ceritanya. Mungkin karena gaya dan ide ceritanya yang santai dan masa kini banget, ditambah dengan tokoh-tokoh dengan sifat yang bertolak belakang dan sedikit menggemaskan, sebenarnya nggak perlu heran juga kenapa buku ini bisa disukai oleh banyak orang termasuk wanita dewasa seusia saya.

Saya rasa, kalau pembaca mau membaca versi aslinya dalam Bahasa Inggris pembaca nggak akan menemui kesulitan dalam mengikuti ceritanya, tapi kalau pembaca masih lebih sreg memilih versi terjemahannya, ya saya rasa nggak akan ada masalah juga. Versi terjemahannya menurut saya tetap bisa membuat saya memahami cerita, justru versi terjemahannya membuat saya lebih mendalami karakter tiap tokoh yang ada. Terjemahannya nggak ada masalah, sih, saya nggak menemukan kata yang menurut saya nggak bisa dipahami ataupun kesalahan kecil seperti salah tik atau typo, dsb. Walaupun begitu saya agak terganggu dengan editorialnya yang mepet banget dengan marjin atasnya, entah memang dibuat seperti itu atau bagaimana, tapi bagian bawahnya saya lihat masih banyak tempat yang bisa dimanfaatkan, dan itu agak mengganggu mata saya, sih.

Tapi secara keseluruhan, saya suka banget sama buku ini.

Ketika sudah kembali ke kamar dan mengenakan gaun tidur flanel, aku mengeluarkan pulpen khusus dan kertas surat tebalku, lalu mulai menulis. Aku tidak menulis surat perpisahan. Aku menulis surat cinta. (hal. 376)

1 comment: