Tuesday 21 February 2017

Kisah-Kisah dari Negeri Penuh Bahaya-J.R.R. Tolkien

Tolkien_-_Tales_from_the_Perilous_Realm_CoverartKisah-Kisah dari Negeri Penuh Bahaya oleh J.R.R. Tolkien

Mulai dibaca:10 September 2016
Selesai dibaca: 27 September 2016

Judul: Kisah-Kisah dari Negeri Penuh Bahaya
Judul asli: Tales from the Perilous Realm
Penulis: J.R.R. Tolkien
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Penerjemah: Poppy D. Chusfani
Tahun terbit: Agustus 2015
Bahasa: Indonesia
Format Paperback
ISBN: 978-602-031-697-0
Harga: Rp.83.300 (gramedia.com)

Rating: 4/5

Pada suatu masa ada anjing kecil bernama Rover. Dia sangat mungil, dan sangat muda, sama sekali tidak berpengalaman; (hal. 33)

Rover merupakan anjing kecil yang mungil, ia sangat senang bermain dengan bola kuningnya. Tapi suatu hari, seorang pria tua dengan pakaian compang-camping lewat di depannya, menggodanya dengan memasukkan bola kuning kesukaannya itu ke sakunya. Rover pun kesal, ia langsung saja menggigit dan merobek celana pria tua tersebut. Rover tidak tahu bahwa laki-laki itu adalah tukang tenung. Marah akibat digigit, pria tersebut langsung menyihir Rover si anjing kecil menjadi… anjing mainan yang berbentuk lebih kecil lagi.

“Idiot! Jadilah mainan!” (hal.34)

Rover yang malang, kini setelah ia disihir pria tersebut menghilang dan hanya pria itu yang bisa mengembalikan Rover seperti semula. Kalau tidak segera kembali ke ukurannya yang semula, ia bisa saja berakhir sebagai santapan kucing yang mengiranya sebagai seekor tikus. Petualangannya sebagai anjing mainan mungil yang mencari penyihir lain yang dapat mengembalikannya seperti semula pun dimulai. Ia menelusuri pantai, menyeberangi lautan, terbang hingga ke bulan, dan menyelam ke laut yang lebih dalam lagi untuk menemui setiap penyihir yang menguasai area tersebut dan menolongnya kembali ke ukuran semula. Tapi semua penyihir sama saja, mereka tak bisa membantu Rover karena sihir si tukang tenung yang digigit Rover jauh lebih kuat. Tak ada cara lain untuk Rover selain menemukan si tukang tenung yang telah menyihirnya menjadi mainan.

DSC_0091

Coba ingat-ingat kembali, kapan terakhir kali kita membaca dongeng-dongeng fantasi semacam ini? Dongeng yang benar-benar khayal dengan tokoh dan latar yang lain banget dari kenyataan. Membaca fabel, dongeng-dongeng yang dulunya memikat hati kita sebagai anak-anak. Sebelum buku ini, rasanya sudah lama sekali saya nggak baca dongeng. Dan ketika membaca buku ini, sejujurnya rasanya nggak hanya kembali menjadi anak-anak, tapi sebagai dewasa buku ini sangat menyenangkan hati saya. Buku ini seperti mengingatkan kembali bacaan kesukaan saya ketika masih kanak-kanak. Buku yang berisi dongeng dari negeri khayalan, penuh fantasi, penuh peri dan raksasa maupun hewan yang berbicara.

Buku ini berisi lima dongeng. Dan kalau kamu sudah cukup mengenal siapa J.R.R. Tolkien melalui buku-bukunya, kamu pasti berpikir bahwa buku ini pasti nggak jauh-jauh dari cerita mengenai sebuah negeri yang sangat jauh dengan berbagai macam makhluk yang aneh-aneh, tokoh yang heroik dan mengalami petulangan dan pengalaman seru dan menegangkan, dan tentu melibatkan sihir. Judulnya mungkin sudah menyiratkan isi buku ini, karena buku ini memang berisi lima dongeng tentang petualangan tokoh utama pada masing-masing dongeng, bertemu dengan hal-hal baru, menerima pelajaran dan pengalaman yang seru yang juga melibatkan sihir.

Dongeng pertama berjudul ‘Roverandom’ yang merupakan seekor anjing yang disihir oleh tukang tenung karena menggigit tukang tenung tersebut. Ia disihir menjadi sekecil anjing mainan dan ia berusaha menemukan penyihir dengan melintasi beberapa tempat menakjubkan.

DSC_0087

Sebagai dongeng pembuka, Roverandom seperti menjadi gerbang bagi pembaca untuk  mengenal isi buku ini. Dongeng ini memakan lebih banyak halaman dibandingkan empat dongeng lainnya. Petualangan Rover melintasi berbagai daerah seru banget dan khayal banget. Mulai dari Rover yang masuk ke mulut Paus, pergi ke bulan, sampai menyelami lautan, semuanya bener-bener nggak masuk akal, kan? Tapi justru di situlah letak cerita yang menghibur.

Akhirnya, tiba-tiba saja, dunia berakhir, dan Rover bisa melihat bintang-bintang bersinar dari kegelapan pekat di bawah. Jauh di bawah dia melihat percikan cahaya bulan tempat air terjun di tepi dunia, langsung jatuh ke angkasa. (hal. 54)

Dongeng kedua, ‘Petani Penakluk Naga’ adalah tentang seorang petani yang tinggal di desa yang sering dilalui raksasa. Nah, salah satu hal yang membuat saya menyukai karya penulis adalah adanya tokoh raksasa dalam kisahnya, karena biasanya ketika raksasa—ataupun troll—muncul dalam cerita selalu ada kejadian kocak dan aksi heroik. Tetapi porsi raksasa di sini kalah dengan makhluk jahat lainnya yang juga selalu bikin saya tertarik, Naga! Ketika membaca tentang Naga, dan J.R.R. Tolkien, saya selalu teringat Smaug, naga jahat yang cinta harta dalam buku ‘The Hobbit’. Dan sepertinya semua naga di dunia penulis wataknya sama semua, karena sifat naga yang ada dalam kisah ini nggak jauh berbeda dengan sifat Smaug.

“Namaku Chrysophylax,” katanya, “Chrysophi-lax sang Hartawan. Apa yang bisa kulakukan untukmu?” dia menambahkan dengan ramah, setengah perhatiannya tertuju pada pedang, dan berharap bisa menghindari pertarungan. (hal. 171)

Kisah ketiga, ‘Petualangan Tom Bombadil’ diceritakan dengan gaya yang berbeda karena Tom Bombadil menceritakan penemuan-penemuannya melalui puisi. Dongeng ini seperti catatan harian Tom hanya saja Tom tidak membuatnya seperti narasi pada umumnya, ceritanya ia hadirkan dalam bentuk puisi.

DSC_0088

Dan masih tetap mempertahankan dunia khayalan, Tom menceritakan hari-harinya di mana ia bertemu dengan banyak hal seperti: kucing, peri, oliphaunt, seorang lelaki di bulan, Tom yang menaiki sampan, apapun. Dan I swear, puisinya mengingatkanku tentang puisi yang selalu diajarkan oleh guru taman kanak-kanak yang berjudul ‘Gajah’, it’s funny, intriguing, and interesting.

Troll duduk sendiri berteman sunyi,
mengunyah tulang tua dan kering;
      Sudah sangat lama tulang dikunyahnya,
                  Daging sulit ditemui.
                  Habisi! Gerogoti!
Di gua ia sebatang kara,
      Dan daging sulit ditemui.
(Troll Batu, hal. 249)

Sisanya adalah dongeng berjudul ‘Pandai Besi dari Wootton Major’ dan ‘Daun Karya Niggle’. Saya pernah memberikan ulasan sebelumnya, bahwa membaca buku karya J.R.R. Tolkien itu terasa seperti mendengarkan dongeng sebelum tidur dari kakekmu yang lembut dan baik hati yang dulunya adalah seorang pria yang tangguh. It kinda feels like that, saat pertama kali membaca bagian pertama saya seperti berubah menjadi seorang anak kecil yang nggak sabar mendengarkan dongeng dari kakeknya sebelum tidur.

Mungkin, kisah-kisah yang ada dalam buku ini jauh lebih cocok untuk dijadikan dongeng sebelum tidur dibandingkan dengan cerita lainnya yang udah sering banget kita baca atau dengar. Saya sendiri berpendapat bahwa buku ini, buku yang berisi dongeng penuh petualangan dan tokoh khayal yang nggak masuk akal ini, bisa membuat imajinasi anak-anak lebih berkembang. Dan nggak hanya itu, seakan ingin lebih memanjakan pembaca dan membantu pembaca memunculkan imajinasi dari dongeng ini, buku ini juga dilengkapi dengan ilustrasi yang lucu dan kece oleh Alan Lee. Ilustrasinya bener-bener menenggelamkan kita dalam dongeng fantasi J.R.R. Tolkien.

DSC_0097

DSC_0099

DSC_0103

Well, mungking saking serunya saya ngikutin petualangan tiap tokoh dalam tiap dongeng, saya sampai nggak nyadar bahwa sebenarnya penulis juga memberikan pesan moral, lho. Kisah Rover mengajarkan kita untuk berhati-hati dalam bersikap, bahkan pada orang asing. Bahkan Tom dan catatan hariannya juga mengajarkan kita untuk menikmati setiap hari yang kita lalui, bahwa hal yang setiap hari kita lihat bisa jadi merupakan sumber inspirasi kita kalau pikiranmu selalu merasa gembira.

Ah, what a book.

No comments:

Post a Comment