Sunday 17 May 2015

Hari Buku Nasional

10610488_1586408498297109_2979072851917334537_n

Sebenarnya saya merasa agak rendah diri untuk menuliskan sesuatu mengenai dunia perbukuan di Indonesia. Sejujurnya saya jarang membaca buku-buku yang ditulis oleh penulis Indonesia. Jarang membaca dan jarang tertarik. Sebenarnya, sih, ketika saya jalan-jalan ke toko buku dan tiba di rak bagian sastra Indonesia, saya sering mempertimbangkan untuk membeli setidaknya satu buku yang dihasilkan oleh penulis Indonesia, saya sangat ingin membelinya tapi kemudian urung, entah kenapa.

COLLECTIONBuku-buku karya penulis Indonesia yang ada di rak saya. Ada 33 buah belum termasuk yang dipinjam, hehe

Jika dibandingkan, tentu rak buku saya isinya lebih banyak novel-novel terjemahan dan novel-novel karangan penulis luar negeri. Rasanya sejak saya berusia lima tahun, buku cerita anak-anak yang saya beli pun hasil karya penulis-penulis luar negeri.

Ada dua hal utama yang membuat saya mempertimbangkan membeli buku-buku hasil tulisan penulis-penulis Indonesia

Yang pertama, saya jarang, bahkan cenderung tidak pernah, membeli buku dari penulis yang namanya benar-benar baru. Ketika sedang mengunjungi toko buku, saya sering banget melihat buku-buku yang baru diterbitkan yang merupakan hasil tulisan penulis-penulis Indonesia di pajangan terdepan, sayangnya bagi saya buku-buku tersebut ditulis oleh penulis yang namanya belum pernah saya dengar atau lihat sama sekali. Saya tidak pernah membeli buku-buku tersebut, karena saya takut ketika akhirnya saya jadi membeli buku-buku itu nantinya, saya malah dibuat kecewa dengan isi buku tersebut. Saya lebih baik menjadi orang yang telat gaul mengenai buku-buku karangan penulis baru itu, saya lebih baik menunggu respon dari masyarakat yang telah membaca buku itu. Atau mungkin, saya lebih baik menunggu sampai penulis tersebut bisa menghasilkan lebih banyak karya.

Yang kedua, menurut saya genre buku-buku tulisan anak Indonesia masih terlalu sempit, kebanyakan menulis tentang masalah percintaan dan plotnya begitu-begitu saja. Rasanya sama seperti membaca sebuah cerita yang biasanya kita tonton sebagai film televisi. Plotnya hampir sama semua dan menurut saya masih terlalu sopan. Bumbunya kurang, jadinya.

Kalaupun ada penulis yang menghasilkan karya-karya yang genrenya diluar roman, pastilah penulis itu adalah penulis yang lahirnya sebelum tahun 90-an. Penulis itu pastilah telah menghasilkan banyak karya dan sudah memiliki tempat di hati banyak orang Indonesia. Penulis macam itu adalah tipikal penulis yang juga menjadi pengamat, seseorang yang sangat memahami kondisi lingkungan sekitarnya, seseorang yang teramat peka dengan segala perubahan dan dinamika yang terjadi di dalamnya. Tambahan lagi, penulis tersebut pastilah orang yang wawasannya sangat luas, mungkin ia membaca berbagai referensi mengenai suatu peristiwa dan fenomena yang terjadi, dan untuk lebih mendalami dan mengerti mengenai peristiwa tersebut ia bisa saja mengadakan riset, dengan mewawancarai pihak yang terlibat baik langsung secara tak langsung, mungkin.

 Dan tipe-tipe penulis seperti itulah yang bukunya saya beli atau akan saya beli.

Beberapa penulis Indonesia yang bukunya bikin saya kagum adalah:

1.       Dewi Lestari.

DSC_0006

Saya mengikuti dan mengoleksi serial Supernovanya. Menurut saya, serial ini mendekati sekali dengan genre fantasi. Mungkin  bukan fantasi yang melibatkan dunia yang benar-benar ajaib atau aksi-aksi sihir semacam itu, dunia fantasinya melibatkan hal-hal urban yang tak asing lagi dengan masyarakat Indonesia, seperti dukun, mimpi-mimpi, kemampuan gaib macam silat dan debus, dan sebagainya. Buku lainnya dari penulis ini berupa antologi dan novel romantis yang manis. Yang saya suka dengan penulis tentu saja karena ia pandai memilih-milih kata sehingga dapat menghasilkan sebuah cerita yang cantik.

2.       Ahmad Tohari.

DSC_0028

Walaupun saya baru membaca bukunya yang berjudul ‘Mata yang Enak Dipandang’, tapi saya langsung paham bahwa buku lainnya yang dibaca oleh beliau juga memiliki cerita yang bagus. Saya membeli buku ini karena tentu saja kedua mata yang cantik yang menjadi cover buku ini. Ceritanya sangat humanis, sangat menggambarkan keadaan masyarakat kecil Indonesia. Ceritanya pun digambarkan dengan bahasa yang amat sederhana dan apa-adanya, sehingga tidak perlu berpikir terlalu keras. Saya rasa buku ini diterbitkan untuk menggugah kesadaran masyarakat mengenai orang-orang kecil yang sering berseliweran di kehidupan kita.

3.       Djenar Maesa Ayu.

DSC_0029

Lagi-lagi pembaca yang bukunya baru satu saja yang saya baca, yaitu ‘Nayla’. Walaupun menggambarkan seorang anak perempuan yang beranjak remaja yang mengalami salah pergaulan, sorotan utama di buku ini adalah hubungan Nayla dengan ibunya yang sangat keras. Buku ini menceritakan bahwa apa yang terjadi pada Nayla yang beranjak dewasa adalah sebuah akibat dari didikan ibunya yang sedikit melenceng.

4.       Ayu utami.

DSC_0021

Nah, kalau penulis ini masih mendingan. Ada tiga buku karangannya yang sudah saya baca, yaitu ‘Saman’, ‘Larung’, dan ‘Pengakuan Parasit Lajang’. Sayang sekali saya tidak melanjutkan buku-bukunya. Sebenarnya saya ingin melanjutkan cerita Larung tetapi kabarnya sekuelnya itu juga berhubungan dengan buku lainnya yang belum saya baca. Jadilah saya urung membeli.

5.       Esti Kinasih. Dari pertama kali membaca novelnya yang berjudul ‘Fairish’, saya beranggapan bahwa gaya bercerita penulis yang satu ini berbeda dengan penulis kisah-romantis-milik-ABG kebanyakan. Ada yang berbeda dengan gaya penceritaan yang digunakan oleh penulis ini. Tokohnya juga nggak terlalu lebay menurut saya. Cuma ada yang norak aja, sih.

6.       Sekar Ayu Asmara.

DSC_0027

Saya juga baru baca bukunya yang ‘Pintu Terlarang’ dan itu ceritanya sangat gila.

Waktu saya SMP saya suka sekali membaca novel-novel teenlit karya penulis-penulis Indonesia. Berhubung saya masih gadis polos, saya merasa bahwa cerita-cerita romantis yang kebanyakan tokohnya adalah anak SMA, menurut saya buku tersebut memiliki cerita yang keren dan manis. Itu sih, menurut pandangan anak SMP. Seiring dengan berjalannya waktu, saya jadi merasa bahwa tokoh-tokoh yang digunakan dalam cerita-cerita tersebut kadang bertingkah terlalu berlebihan, dan sangat nggak sesuai dengan keadaan sebenarnya. Cerita-cerita bertema metropop pun juga begitu, walaupun tokohnya bukan lagi anak SMA, tapi cerita cintanya kadang terlu berbelit-belit, padahal nanti kita akan menemui bahwa cerita penutupnya itu ya kembali ke keadaan saat cerita dibuka. Sekarang, tumpukan buku-buku karya penulis Indonesia itu saya dapatkan kebanyakan dari hadiah. Kalau benar-benar nggak menarik hati, saya nggak akan membelinya.

DSC_0012Ini dia, buku yang saya dapatkan secara gratis alias hadiah

Seiring berjalannya waktu, saya yakin akan ada banyak penulis-penulis dari Indonesia yang menghasilkan karya-karya yang berkualitas. Penulis-penulis muda yang dulunya menulis cerita cinta ABG mungkin besok akan saya temukan bukunya yang memiliki tema yang lebih berbobot. Atau mungkin ia tetap mengandalkan genre romantisnya tetapi kisahnya dihubungkan dengan fenomena menghebohkan. Saya selalu percaya bahwa penulis-penulis Indonesia bisa menguasai dunia literatur, saya selalu percaya bahwa sisi humanis yang digunakan oleh penulis tersebut akan merebut hati masyarakat dunia.

Majulah literatur Indonesia, dan mendunialah.

Tulisan ini saya tutup dengan daftar penulis-penulis Indonesia yang karyanya ingin sekali saya baca.

1.       Pramoedya Ananta Toer

2.       Chairil Anwar

3.       Sapardi Djoko Darmono

4.       Hamka

5.       Putu Wijaya

6.       Laksmi Pamuntjak

7.       Oki Madasari

8.       Leila S. Choduri

9.       Risa Sarasvati

10.   Oka Rusmini

11.   Y.B. Mangunjaya

12.   Agustinus Wibowo

13.   Adhitya Mulya

14.   A.S. Aksana

Dan masih banyak lagi ternyata.

Kalau ada kesalahan dalam penulisan nama, maapkeun ya.

2 comments:

  1. Nice post!

    Poin kedua memang sesuatu ya..

    ReplyDelete
  2. Kalimat "Sejujurnya saya jarang membaca buku-buku yang ditulis oleh penulis Indonesia" itu juga saya banget. Btw, Larung-nya buat saya dong. Baru punya Saman. XD

    ReplyDelete