Tuesday 24 February 2015

The Lost Symbol-Dan Brown

Profesor Robert Langdon diminta untuk memberikan sambutan untuk sebuah acara penting di US Capitol, Washington, DC. Ajakan tersebut berasal dari sahabat sekaligus mentornya, Peter Solomon, seorang mahakaya dan terpenting di Amerika Serikat sekaligus seorang Master Terhormat dari Persaudaraan Freemason. Tetapi ketika Langdon tiba di tempat acara, ternyata tidak ada acara apapun, hanya ada beberapa orang yang berlalu-lalang. Hingga beberapa saat kemudian seseorang mencurigakan meletakkan sesuatu di tengah ruangan luas itu. Ternyata sebuah tangan yang dipakukan di sebuah papan kayu dan dibentuk sedemikian rupa sehingga telunjuk dan jempolnya mengacung. Ujung jari-jari tersebut juga ditatokan, tidak hanya pada telunjuk dan jempol tetapi juga di ketiga jari lainnya. Langdon seketika langsung mengenali tangan tersebut sebagai tangan dari orang yang mengundangnya setelah ia melihat cincin yang melingkari jari manis tangan itu, itu adalah cincin dari seorang anggota Mason derajat tertinggi.

Sebelum Langdon menemukan tangan tersebut, Langdon menerima telepon dari seseorang yang mengaku bahwa ia telah menculik Peter Solomon. Si penculik ingin agar Langdon menemukan sebuah portal kuno yang dibuat oleh anggota Mason. Portal kuno yang hanya ada dalam legenda Mason, yang oleh Langdon hanya dianggap sebagai mitos. Tapi si penculik terus memaksa Langdon untuk menemukan portal tersebut, jika Langdon tidak ingin sahabatnya itu dibunuh.

Same old Dan Brown, menulis cerita petualangan yang mengandung teka-teki, kode, dan sandi rumit, berlatar di suatu tempat yang memiliki gedung berarsitektur indah ditambah karya seni-karya seni legendaris yang super mengagumkan, plus melibatkan sebuah organisasi rahasia yang sudah didirikan sejak jaman dahulu kala dan sifatnya sangat misterius.

DSC_0002

Oke, sejujurnya saya bingung mau membahas buku ini dari mana dulu. Kita mulai dari yang paling mencolok dulu, dari latarnya dulu. Mengambil latar di negara adidaya Amerika Serikat yang secara mengejutkan juga memiliki ‘harta karun’ dan peninggalan-peninggalan yang kuno, misterius, dan terkesan ‘mistis’. Ada hal-hal yang sifatnya sangat rahasia dari Amerika Serikat yang saya tangkap setelah membaca buku ini, padahal sebelum membaca buku ini, di mata saya Amerika Serikat kesannya sudah sangat rahasia sekali. Setelah membaca buku ini kesan terhadap Amerika Serikat semakin bertambah, tidak hanya kerahasiaannya, tetapi juga sifat misteriusnya.

So finally he wrote a book about the most mysterious fraternity. Sebenarnya saya pun juga pingin banget membaca buku yang membahas tentang persaudaraan ini, sudah penasaran banget, pingin baca tentang asal-usul persaudaraan ini sampai ke akar-akarnya. Tahulah kenapa, karena banyaknya omongan yang beredar tentang kelompok ini, mulai dari ajarannya yang sesat lah, pemuja setan lah, yang terobsesi ingin membentuk tata dunia baru, dan sebagainya, dan sebagainya. Walaupun nggak menceritakan secara detail mengenai Persaudaraan Freemason, seenggaknya buku ini membuka—dikit, sih—pandangan saya tentang persaudaraan ini. Bagaimanapun persaudaraan ini sungguh misterius dan penuh rahasia, walaupun banyak anggotanya yang tidak menutupi keanggotaannya tetapi persaudaraan ini rasanya sangat tertutup. Orang-orang cenderung menganggap sesuatu yang rahasia sebagai hal yang jahat, jadi mungkin begitulah kenapa kabar yang beredar tentang kelompok ini kebanyakan kesannya jahat sekali, padahal sebenarnya mereka nggak tahu persaudaraan ini sesungguhnya seperti apa.

Seakan belum cukup melemparkan topik tentang Freemason yang rumit sebagai topik utamanya, penulis menambahkan topik mengenai ilmu pengetahuan baru yaitu Ilmu Noetic. Walaupun nggak jadi perbincangan utama, tapi tetap ada pembahasan singkat mengenai Ilmu Noetic. Dan topik mengenai Noetic inilah yang bikin saya pusing banget sama buku ini. Pembahasan mengenai suatu hal yang diselesaikan menggunakan pedekatan Noetic, bikin saya sedikit kebingungan dan kehilangan fokus terhadap cerita utama. Seharusnya sih, buku ini membuat saya tertarik dengan Noetic, tapi deskripsinya justru bikin saya puyeng dan nggak ingin mempelajari ilmu ini. It takes more time to learn ‘bout it.

Hal lain yang sangat mencuri perhatian saya adalah penokohan Mal’akh, yang keji banget. Mal’akh digambarkan sebagai lelaki yang tinggi, besar, berotot, berdada bidang, dan botak. Seakan peggambarannya belum cukup badass, penulis menambahkan sosok Mal’akh sebagai sosok yang tubuhnya—setiap inci bagian tubuhnya—ditutupi oleh tato. Dan ia terobsesi untuk menjadi seorang dewa, dan mengikuti berbagai ajaran mistis. Dan Mal’akh benar-benar keji, dalam arti sebenarnya. Di buku digambarkan dengan gamblang bagaimana ia menghabisi setiap lawan dan musuhnya, dan ia membunuh mereka tidak dengan main-main,seakan-akan ia benar-benar berniat menghabisi setiap orang yang menghadangnya. Membaca tentang Mal’akh bikin saya gemas sendiri dan bikin saya sangat membenci tokoh yang satu ini karena kekejamannya. Pelajaran bagi kita kalau kita menjadi orang yang sangat terobsesi terhadap sesuatu.

Well, kabarnya seri Langdon yang selanjutnya akan difilmkan adalah buku yang keempat dan melewatkan seri yang ketiga ini. Nggak heran, sih. Buku ini mengungkapkan banyak rahasia, mulai dari Amerika Serikat, persaudaraan Freemason, hingga organisasi paling rahasia CIA. Mungkin sutradara perlu banyak waktu untuk mengemas buku ini secara cerdik menjadi film sehingga nggak ada pihak yang tersakiti atau tersinggung.

No comments:

Post a Comment