Thursday 15 January 2015

The First Phone Call From Heaven-Mitch Albom

Hari itu adalah Hari Jumat yang tenang ketika Tess Raferty menerima sebuah pesan suara dari ibunya. Padahal ibunya telah meninggal. Tess mengira bahwa itu hanya sebuah main-main dari seseorang yang iseng, tetapi suara yang ada di kotak pesan itu benar-benar suara ibunya yang telah ia kenal, tipuan macam apa yang dapat menirukan suara seseorang dengan sangat mirip?

Tess rupanya tidak sendirian, ada beberapa orang di Coldwater, Michigan, yang juga mendapatkan telepon dari orang-orang terdekat mereka yang telah meninggal. Telepon tersebut singkat dan hanya terjadi pada Hari Jumat. Segera saja peristiwa telepon dari surga itu menjadi sebuah fenomena yang menghebohkan. Dalam sekejap Kota Coldwater menjadi sebuah perbincangan yang menghebohkan, banyak orang dari luar kota yang mendatangi Coldwater, bahkan mendatangi orang-orang ‘terpilih’ tersebut dan berharap agar mereka segera mendapat ‘mukjizat’ berupa telepon dari orang-orang yang telah meninggal.

Sementara itu Sully Harding, mantan pilot yang baru saja bebas dari penjara merasa geram dengan kejadian tersebut, ditambah lagi dengan anaknya yang berusia tujuh tahun yang terus berharap ibunya akan segera menelepon dari surga. Sully pun menelusuri dan menyelidiki kejadian tersebut, belum menyadari bahwa dirinyalah sumber dari fenomena telepon dari surga itu.

DSC_0045

Big thanks untuk penerbit yang—akhirnya—menerjemahkan dan menerbitkan buku ini, walaupun saya harus nunggu setahun dan nggak ada kabar apapun apakah buku ini akan diterjemahkan atau gimana. Berhubung buku versi aslinya mahal banget, jadi saya bener-bener harus nahan untuk membeli buku ini. Terima kasih banyak deh, untuk penerbit. Really appreciate this.

Oke, lagi-lagi buku yang berhubungan dengan dunia ‘yang lain’, juga berhubungan dengan orang yang sudah wafat. Tetapi dibandingkan dengan buku-buku sebelumnya, ada perbedaan yang sangat mencolok di buku ini. Kalo di buku-buku sebelumnya, kita diberi cerita mengenai perjuangan seseorang yang hidupnya nggak akan lama, atau cerita imajinatif mengenai seseorang yang berada di alam baka atau bertemu dengan seseorang yang sudah ‘nggak ada’, dan hal yang terpenting dan yang paling menarik dari buku-buku tersebut adalah bahwa cerita-cerita tersebut memberikan satu atau beberapa hal yang paling esensial dari sebuah kehidupan. Dan sepertinya saya nggak menemukan hal-hal tersebut di buku ini.

Oke, mungkin hal esensial yang hendak dikatakan oleh penulis adalah bahwa kehidupan setelah kematian itu ada, atau kematian—sebenarnya—bukanlah sebuah akhir, atau mungkin juga penulis ingin menyampaikan bahwa surga itu nyata, dan di samping hal-hal itu, saya nggak benar-benar membaca mengenai perjuangan seseorang yang ‘hidupnya nggak lama lagi’, atau cerita dari seseorang yang telah meninggal mengenai surga. Mungkin iya, bahwa buku ini menceritakan mengenai interaksi seseorang yang masih hidup dengan seseorang yang sudah ‘nggak ada’, tapi jalan cerita dari buku ini berbeda dengan buku-buku sebelumnya, yang hanya bisa diketahui setelah Anda membaca buku ini.

Jadi sebenarnya, cerita yang paling mencolok dari buku ini adalah kisahnya Sully Harding yang menelusuri fenomena telepon dari surga tersebut. Sully ini berusaha banget membuktikan bahwa fenomena tersebut hanya sebuah kebohongan. Selain itu perjalanan Sully dari yang menjadi seorang pilot, hingga dipenjara, sampai kehilangan istrinya justru yang membuat buku ini menarik. Saya rasa poin utama dari buku ini adalah kisah Sully Harding yang menjadi detektif dadakan untuk kasus telepon dari surga.

Dibandingkan dengan buku-buku sebelumnya, buku ini sebenarnya kurang bisa membuat saya bersimpati dengan tokoh-tokohnya, kecuali pada Sully Harding. Mungkin tujuannya memang agar pembaca lebih fokus pada tokoh Sully, sementara tokoh lainnya dan fenomena telepon itu hanya bumbu penguat. Bukan berarti saya mengatakan bahwa buku ini tidak bagus atau bagaimana, sih, hanya saja saya sedikit merasa terkecoh. Kalau dari buku-buku penulis sebelumnya, begitu saya membaca judulnya, saya langsung bisa menangkap sedikit hal yang akan diceritakan di buku ini, dan pada tokoh yang mana saya bisa meletakkan rasa simpati saya. Sedangkan di buku ini, saya sedikit ngerti sih buku ini akan menceritakan tentang apa, begitu saya membaca judul ini, saya pun juga mengira bahwa akan ada satu tokoh—atau mungkin beberapa—yang tiba-tiba mendapatkan telepon dari surga, lalu si penelepon akan menceritakan apapun—mungkin dari A sampai Z—dan akhirnya si penerima telepon akan mendapatkan sesuatu yang mencerahkan. Walaupun begitu, saya tetap terhanyut akan kisah hidup Sully Harding, benar-benar menunjukkan bahwa hidup itu sungguh keras dan butuh perjuangan ekstra keras pula agar kita tetap tabah menjalaninya.

Ngomong-ngomong tentang mendapat telepon dari seseorang yang sudah meninggal, jika kau jadi salah satunya, siapa yang menurutmu akan meneleponmu? Dan apa yang akan kau lakukan?

No comments:

Post a Comment