Friday 5 December 2014

Hannibal Rising-Thomas Harris

Berawal dari penjarahan yang dilakukan oleh beberapa pemuda, Hannibal Lecter tumbuh menjadi seseorang yang misterius. Sekaligus mengerikan.

Akibat dari Perang Dunia II, Keluarga Lecter harus pindah dari kastil mereka yang menyenangkan ke pondok berburu mereka yang ada di tengah hutan. Tapi hidup terpencil di tengah hutan pun tidak menjamin kelancaran hidup mereka untuk seterusnya. Di tengah perlawanan mereka dengan cuaca yang ekstrim, mereka harus menghadapi serangan-serangan udara, naas Keluarga Lecter akhirnya terkena serangan tersebut, tidak ada yang selamat kecuali Hannibal dan adiknya, Mischa. Lalu para penjarah itu pun mulai mengeruk keuntungan dari harta milik Keluarga Lecter. Sendirian, tanpa perlindungan, dan kedinginan, Hannibal dan para penjarah itu harus terus menemukan apapun untuk membuat mereka hangat dan terjauh dari kelaparan. Hingga akhirnya mereka tak bisa menemukan apapun untuk makan, bahkan belalang pun tidak, dan mereka pun membawa Mischa.

Sejak itulah Hannibal selalu mendapatkan mimpi buruk mengenai adik perempuannya. Lalu pamannya mulai merawatnya, dibantu dengan istrinya, Lady Murasaki, Hannibal perlahan-lahan mulai beradaptasi dengan mimpinya. Tapi Hannibal tetap tidak melupakan wajah-wajah para penjarah yang telah mengambil Mischa. Bertahun-tahun ia mencari mereka, hendak membalas dendam. Dan akhirnya Hannibal lah yang menjadi mimpi buruk bagi orang-orang.

DSC_0076

Akhirnya sebuah jawaban atas watak dan kelakuan aneh dokter kita yang sadis—tapi juga mengagumkan. Akhirnya saya mengerti kenapa Hannibal Lecter bisa menjadi seseorang yang sangat mengerikan. Jadi gelar Doktor yang melekat padanya memang disebabkan oleh latar akademiknya yang sangat cerdas dan gemilang. Lalu mengenai para penjarah dan Mischa yang malang, menjelaskan asal dari sifat Dr. Lecter yang mengerikan. Ditambah dengan latar belakang keluarganya yang merupakan keturunan seorang bangsawan dengan selera yang tinggi, itu menjelaskan mengenai sifat mengagumkan dan ‘adorable’ yang melekat pada Dr. Lecter apapun yang dia lakukan, bahkan ketika sedang membunuh sekalipun.

Seperti buku-buku sebelumnya yang menunjukkan ‘aksi’ si dokter kanibal, di buku ini pun Hannibal tetap menunjukkan ketenangannya dan keniatannya dalam membalas dendam. Mungkin karena yang melakukan adalah si dokter yang berusia muda, jadi setiap aksi yang ia lakukan rasanya selalu melibatkan hal-hal yang emosional sekali. Sejujurnya, saya malah merasa kasihan dengan Hannibal, dan ya saya akan melakukan hal yang sama jika adik saya satu-satunya dibawa dan tidak dikembalikan. Swear, I’m gonna track them, hunt them down, torture them so freaking bad, and kill them even worse.

Jadi, kalau di buku-buku sebelumnya yang kerasa banget aroma investigasinya dan petualangannya, buku ini lebih bisa menarik simpati pembaca untuk Dr. Hannibal Lecter. Walaupun begitu, saya harus mengakui bahwa ini adalah buku yang paling membosankan dibandingkan dengan buku-buku sebelumnya. Sebenarnya intinya adalah mengenai latar belakang si dokter kanibal dan kenapa ia sampai bisa menjadi orang yang harus dihindari, lalu penulis secara absurd memberikan sebuah kasus yang nggak penting, aneh, dan sama sekali bikin bingung. Saya pun sama sekali nggak ngeh dengan kasus yang diberikan si penulis dengan ceritanya secara keseluruhan, ya sebenarnya masih ada hubungannya dengan Hannibal, sih, tapi tetap saja rasanya nggak penting juga untuk diletakkan di situ.

Dari buku ini mungkin kita akhirnya mengerti kenapa Hannibal jadi orang yang kamu-nggak-mau-cari-gara-gara-dengannya, tapi saya tetap nggak puas dan masih bertanya-tanya. Di buku sebelumnya tentu sudah diceritakan—walaupun secara singkat, sih—bahwa Dr. Hannibal telah membunuh sejumlah orang, termasuk melukai detektif yang dianggap paling oke, dan saya penasaran banget sama cerita itu, kenapa Hannibal membunuh orang-orang itu, kasus apa yang menyebabkan ia akhirnya dipenjara, kasus apa juga yang bisa membuat ia terlibat dengan Will Graham, dan sebagainya.

Membaca buku ini rasanya seperti membaca suatu kisah yang nggak punya akhiran. Ia membiarkan kita mendapatkan sedikit informasi dan terus bertanya-tanya.

No comments:

Post a Comment