Saturday 4 October 2014

Pintu Terlarang-Sekar Ayu Asmara

Gambir dengan cepat meraih kesuksesan dan mengeruk banyak keuntungan dari hasil karyanya. Sebagai pematung muda, karier Gambir terbilang menanjak dengan sangat cepat. Hanya dari menjual beberapa patung ibu hamil, Gambir memperoleh uang hingga ratusan juta dan akan segera mengadakan pameran tunggal di beberapa negara di Asia. Semua itu tak lepas dari istrinya Talyda yang cantik yang bekerja di sebuah perusahaan rokok nomor satu di Indonesia. Sedari kecil Talyda selalu diajarkan untuk tampil dengan sempurna, itu sebabnya Talyda selalu mengatur semuanya. Termasuk hidup Gambir dan kariernya sebagai pematung. Pernikahan mereka berjalan sangat manis, hingga suatu hari Gambir merasa bahwa Talyda menyembunyikan sesuatu semenjak Talyda menggugurkan janinnya dengan Gambir. Gambir merasa bahwa Talyda mulai berselingkuh. Rasanya ada banyak hal yang disembunyikan Talyda dari Gambir, termasuk sebuah pintu yang tidak boleh dibuka oleh siapapun, sebuah Pintu Terlarang.

Sementara itu, reporter sebuah majalah metropolitan, Pusparanti tengah melakukan sebuah penelitian untuk artikel majalahnya. Kali ini ia meliput seorang pasien berbahaya yang telah dipenjara selama delapan belas tahun, sejak ia berusia sembilan tahun. Dokter penjaga mengatakan bahwa pasien ini mengalami kekerasan rumah tangga, baik secara fisik maupun psikis, yang dilakukan oleh kedua orang tuanya sendiri dengan sangat kejam.

Belum sempat lihat filmnya yang sudah lumayan lama ditayangkan, dan baru nyadar kalau ternyata bukunya diangkat dari sebuah buku.

Well, saya rasa dari judulnya aja sudah terasa ada kesan horor hantu gitu, tapi tetep aja saya nggak ngeh sama gambar covernya. Pintuyang dijaga oleh perempuan hamil sih sudah cukup menggambarkan mengenai pintu terlarang itu, tapi saya heran aja sama dua orang—cewek dan cowok—yang ada di cover, saya rasa nggak menggambarkan tokoh dalam buku sama sekali. Saya rasa kalau covernya cuma ada pintu dan si perempuan hamil, covernya sudah cukup menggambarkan buku ini.

Ceritanya bisa dibilang gila banget! Sebenarnya sih, cerita mengenai hantu-hantu nya sedikit banget, itu pun karena si tokoh utama yang melakukan—kalo bahasanya orang sini, sih—semacam pesugihan menggunakan janin yang digugurkan. Daripada melabeli buku ini sebagai novel horor, novel ini justru menonjolkan sisi sosialnya. Buku ini justru menunjukkan salah satu kasus yang masih banyak ditemui di kalangan masyarakat pada umumnya, kekerasan pada anak contohnya. Walaupun contoh kekerasan yang ditunjukkan dalam buku ini tergolong sangat sadis dan nguawur, tapi seenggaknya pembaca dapat pesannya, lah. Bahwa perlakuan kasar yang diberikan pada anak akan menimbulkan trauma yang cukup dalam dan rasanya akan sangat susah dilupakan oleh korban, terlebih lagi kalo si anak rutin mendapatkan perlakuan berbahaya seperti di buku. Penulis pun juga menuliskan akibat yang mungkin akan terjadi dari perlakuan kasar terhadap anak. Kita toh juga nggak akan pernah tahu apa yang akan dilakukan oleh seseorang atas perlakuan yang kita lakukan terhadap mereka.

DSC_0004

Secara keseluruhan, buku ini adalah cerita yang gila dari sudut pandang orang gila. Temukan sendiri kenapa begitu. Saya menyelesaikan buku ini hanya dalam waktu sehari, keasyikan sama ceritanya yang gila banget. Rasanya cocok banget buat bacaan ketika perjalanan jauh dengan kereta atau pesawat, karena saya abisin buku ini ya pas di kereta juga, sih.

Ada banyak kalimat yang diulang-ulang, dan rasanya ganggu banget, sekalipun dilewati juga nggak akan mengubah apapun karena kalimat yang diulang-ulang memang persis sama. Selain itu, rasanya penulis nggak terlalu suka menggunakan kata-kata semacam ‘dengan’, ‘dari’, dan sebagainya, kalau itu sih menurut saya sangat mengganggu.

No comments:

Post a Comment