Tuesday 9 September 2014

Black Beauty-Anna Sewell

Black Beauty seekor kuda jantan yang hidupnya selalu berpindah-pindah pemilik. Ia lahir di sebuah peternakan kecil, pemiliknya memiliki beberapa ekor kuda lainnya yang ia gunakan untuk membantunya berkebun atau mengangkut sesuatu ke kota. Ketika berumur empat tahun, dan dirasa telah cukup dewasa, Black Beauty dijual kepada tuan tanah. Tuan tanahnya yang baru memperlakukannya dengan sangat baik, begitu pula dengan dua orang pria yang dipekerjakan sebagai pengurus kuda. Di tempatnya yang baru, Black Beauty memperoleh banyak teman, mulai dari kuda betina yang cukup tak bersahabat, kuda poni, bahkan dengan orang yang tinggal di sekitarnya.

Setiap hari Black Beauty mendapatkan makanan yang enak dan benar-benar mencukupi, pemiliknya selalu menggunakannya untuk berkendara santai, ia bahkan dibebaskan dari berbagai macam benda yang mengekang dan menyakitinya. Hingga beberapa tahun setelah itu, istri sang tuan tanah jatuh sakit, mengakibatkan sang tuan tanah dan keluarganya pindah rumah demi kesehatan istrinya. Si tuan tanah terpaksa menjual semuanya, termasuk Black Beauty. Black Beauty pun sekali lagi harus berpisah dengan orang-orang dan kuda-kuda yang baik yang sudah dikenalnya. Sejak itulah Black Beauty terus menerus berpindah tangan. Beberapa orang yang membelinya memperlakukannya selayaknya hewan yang memiliki pikiran dan dapat kelelahan, sehingga mereka memberikan Black Beauty makan yang cukup dan mempekerjakannya tidak terlalu berat. Sedangkan beberapa pembeli lainnya, memperlakukannya selayaknya mesin, mempekerjakannya tiap hari, terus-menerus mengencangkan kekangannya sehingga ia tampak gagah, membuatnya mengangkut barang-barang yang sangat berat, dan memberinya makan yang tak seberapa. Perlu beberapa perjalanan hingga Black Beauty akhirnya mendapatkan persinggahan terakhirnya dan menemukan teman lamanya.

DSC_0005

Biasanya novel yang menceritakan sebuah kisah mengenai seekor binatang, bahkan dari sudut pandang si binatang itu sendiri, sifatnya sangatlah khayal, seperti seekor harimau yang melompat dengan ekornya, binatang berkaki empat yang berjalan dengan kaki belakangnya, dan sebagainya. Tetapi kisah mengenai Black Beauty benar-benar menceritakan mengenai seekor binatang senatural dan seapa adanya binatang yang biasanya kita lihat dan ketahui.

Membaca kisah Black Beauty ini sama seperti membaca catatan harian seseorang, apa yang terjadi di sekelilingnya, apa yang ia dengar, lihat dan rasakan, apa yang orang-orang perlakukan terhadapnya, semuanya ditulis dalam catatan hariannya. Dan catatan harian seekor Black Beauty ini benar-benar bikin saya iba dan kasihan terhadapnya. Acungan jempol untuk penulis yang pintar dan jeli sekali membuat kisah dari sudut pandang seekor binatang, yang benar-benar meyakinkan dan membuat saya percaya bahwa inilah yang benar-benar dirasakan oleh binatang terhadap dunia sekelilingnya.

Tujuan dari buku ini tentulah untuk membuat manusia sadar, bahwa hewan sama seperti manusia, memiliki batas kekuatan dan juga memiliki perasaan. Hanya karena seekor binatang dapat berlari lebih kencang daripada manusia, bukan berarti binatang dapat digunakan dengan seenaknya, hewan bukanlah mesin yang dapat bekerja terus menerus, hewan pun bisa kelelahan. Sayang sekali, binatang tidak berbicara dalam bahasa manusia, sehingga manusia tidak tahu apakah hewan tersebut baik-baik saja atau tidak. Kalo dilihat dari tujuannya, buku ini sudah mencapai tujuannya, saya pun ikut iba dengan kehidupan Black Beauty, saya pun ikut menyadari bahwa hewan sering dipekerjakan terus-menerus, dan hewan juga bisa kelelahan, hewan juga bisa jatuh sakit.

Yang juga saya sukai dari Black Beauty adalah bahwa ia adalah hewan yang sangat pengertian terhadap tuannya. Ia mengerti bahwa tuannya sedang kelelahan, kebingungan, sedih, dan sebagainya, sekalipun tuannya mempekerjakannya secara semena-mena. Black Beauty benar-benar digambarkan seperti manusia, dan itulah yang bikin saya iba.

Tidak hanya mengingatkan manusia mengenai hewan yang sering diperlakukan dengan tidak adil, buku ini sebenarnya juga menyinggung sedikit mengenai hal religius dan masalah spiritual, walaupun tidak sedalam buku-buku yang ditulis oleh penulis yang memang menelurkan buku spiritual, menurut saya bahasa yang sederhana dengan cerita yang tidak berbelit-belit malah lebih menyadarkan saya mengenai ikatan saya dengan Tuhan.

No comments:

Post a Comment