Friday 22 August 2014

The Zahir-Paulo Coelho

Seorang pria yang bekerja sebagai penulis, dan telah menerbitkan banyak buku dan digemari oleh banyak orang di seluruh dunia, akhirnya menemukan seorang wanita yang benar-benar dicintainya. Ia memutuskan untuk menikahi wanita itu setelah mengalami dua kali kegagalan dalam pernikahan. Mereka saling mencintai, hari-hari mereka seakan-akan selalu dipenuhi dengan aura kebahagiaan. Wanita yang dinikahinya bekerja sebagai wartawan perang, dan wanita itu selalu menikmati keadaan perang yang sedang diliputnya, suasana mencekam yang selalu membayangi, betapa dekat kematian itu dengannya, dan hal-hal seperti itu.

Tapi suatu hari, setelah bertahun-tahun pernikahan mereka, wanita itu malah pergi tanpa mengucapkan satu kata pun padanya, tanpa memberitahunya ke mana ia akan pergi. Si penulis menduga itu semua gara-gara lelaki muda yang belum lama ini ditemui oleh istrinya. Istrinya bercerita, bahwa lelaki muda itu benar-benar berbeda. Si penulis mengira bahwa istrinya berselingkuh dengan si lelaki muda. Berbulan-bulan memikirkan istrinya, ia akhirnya bertemu dengan seorang pemuda yang mengabarkan bahwa istrinya baik-baik saja. Pemuda itu berasal dari Kazakhstan, ia mengaku telah mendengar suara sejak kecil, pemuda itu selalu mengadakan pertemuan dengan banyak orang di sebuah restoran Armenia, dan ia berkata bahwa ia sedang dalam sebuah misi untuk menebarkan cinta. Berbulan-bulan, hingga dua tahun sudah si penulis memikirkan istrinya, menapak tilas kisahnya, mencari-cari jawaban atas semuanya. Sementara istrinya, Zahirnya tetap menunggunya seperti Penelope menunggu Ulysses.

DSC_0069

Zahir, melalui buku ini, melalui Jorge Luis Borges adalah sesuatu—atau seseorang—yang sekali kita mengadakan dengannya lambat laun memenuhi pikiran kita. Zahir sebenarnya berasal dari Bahasa Arab. Melalui buku ini, saya baru menyadari satu hal mengenai penulis. Buku ini begitu religius, benar-benar menceritakan mengenai keajaiban Tuhan dan hubungan antara manusia dengan tuhannya. Walaupun secara garis besar, dan secara awam, orang-orang mungkin akan membaca novel ini sebagai novel yang menceritakan masalah cinta, tetapi perasaan itu pun dikaitkan dengan penciptanya, dan bahwa Tuhan mengajarkan untuk selalu menebar cinta, kasih sayang, dan kebaikan.

Sebenarnya, melalui buku ini, saya seperti sedang membaca pengalaman penulis sendiri. Beberapa keterangan dalam buku benar-benar mengarah pada penulis. Pekerjaan tokoh utama sebagai penulis, pengalaman-pengalaman yang didapatkan oleh tokoh utama, bahkan beberapa buku yang dihasilkan oleh tokoh utama benar-benar mengarah pada penulis. Tetapi karena tidak adanya keterangan bahwa kisah tersebut benar-benar diambil berdasarkan pengalaman penulis, maka saya pun menepis pikiran bahwa buku ini bercerita tentang si penulis itu sendiri.

Well, kalau mau disebut sebagai novel fiksi, saya rasa buku ini agak kurang pas untuk dikonsumsi oleh remaja ataupun pemuda-pemudi, kecuali kalau mereka memang menggemari novel bergenre ini, sih. Saya benar-benar merasa tua ketika saya membaca buku ini. Bukan, bukan karena saya masih tergolong sebagai wanita muda, dan bukan juga berarti bahwa orang muda belum perlu mengetahui arti cinta yang sebenarnya, menurut saya buku ini benar-benar membosankan dan memiliki alur yang amat sangat lambat. Sekali lagi, saya menemukan banyak hal-hal yang kurang penting yang diikutkan dalam buku ini. Banyak juga bab yang hanya berisi dialog tanpa mencantumkan siapa sebenarnya yang berbicara, sehingga kalo pembaca mengira bahwa tokoh ini lah yang sedang berbicara, lalu ternyata tokoh satunya lah yang berbicara—well, kalo dalam kasus saya, sih—mau nggak mau pembaca harus mengulang bab itu dari awal untuk mengoreksi pemikirannya. Untung sekali, bahwa penulis memberikan akhir kisah yang sangat menyentuh, walaupun akan dengan mudah ditebak oleh pembaca.

Oke, jadi sebenarnya untuk novel yang menceritakan tentang rasa cinta—secara umum, yang bisa dirasakan tiap individu melalui apapun—sebenarnya sih maksud dari buku ini mudah saja untuk ditangkap, tetapi entah kenapa rasanya terlalu bertele-tele dan berbelit-belit. Walaupun sebenarnya memberikan kisah yang manis dan benar-benar religius, dan ending yang menyentuh, saya pun benar-benar nggak bisa tertarik dengan buku ini.

Well, berbicara mengenai bosan, apa sih yang dilakukan orang—terutama cewek, sih—kalau sedang bosan? Saya? Tentu saja berbelanja, terutama belanja fashion items. Dan menurut saya, ada toko online yang benar-benar jual fashion items yang super kece. Everybody knows about Zalora, kan? The number one online fashion retailer in Asia ini bener-bener deh punya barang-barang yang bikin kepingin terus. And my favorite part? Off course, Women Fashion. Sumpah, kece banget!

 

image

image

image

No comments:

Post a Comment