Friday 1 August 2014

The Cardturner-Louis Sachar

Bridge hanyalah permainan kartu berpasangan yang sangat membosankan, dengan peraturan rumit, dan hanya dimainkan oleh orang lanjut usia, dan permainan itu hampir punah! Begitulah yang dipikirkan oleh Alton Richards, remaja yang baru menyelesaikan tingkat pertamanya di SMA. Pada musim panas setelah sekolah berakhir, hidupnya benar-benar suram, pacarnya meninggalkannya dan malah berpacaran dengan sahabat baiknya. Alton benar-benar bokek dan benar-benar tidak memiliki pekerjaan. Lalu tiba-tiba orang tuanya menyuruhnya untuk menjadi sopir pamannya yang super kaya dan buta, hanya untuk menjemput pamannya dari rumahnya ke tempat pamannya biasa bermain kartu bridge. Tidak hanya menjadi sopir, Alton pun juga diminta untuk menjadi cardturner (semacam sebutan untuk seseorang yang membantu menyebutkan kartu apa yang didapatkan oleh seseorang yang kemampuan penglihatannya berkurang) bagi pamannya.

Beberapa minggu mengikuti pamannya bermain bridge, Alton malah menjadi tertarik dengan permainan yang dilakukan berpasangan itu. Kemampuan pamannya dalam menghafal tidak hanya kartu yang didapatkannya tetapi juga menebak kartu apa yang ada dalam genggaman rekannya dan lawannya, kemampuan pamannya dalam memasang taruhan dalam bridge, dan tentu saja kemampuan pamannya dalam memenangkan banyak sekali permainan bridge membuat Alton tertarik untuk bermain bridge. Bridge mengubah hidup Alton dalam segala hal, Alton mendapatkan upah yang lumayan dengan menjadi sopir dan cardturner untuk pamannya, Alton mendapatkan banyak informasi mengenai keluarganya sendiri, dan yang terpenting adalah Alton bisa sejenak melupakan kerisauannya dari mantannya yang berpacaran dengan sahabat baiknya sendiri melalui gadis manis dan pemalu, Toni Castaneda.

DSC_0498

Saya sempat bermain bridge, sebentar, sih, waktu masih jadi anak tahun pertama di kampus. Sempat gabung dengan klub bridge-nya kampus saya, dan saya menganggap bahwa main bridge ternyata ya gitu-gitu aja sebenarnya. Tapi lebih rumit, sih. Tahulah, tentang bidding dan macem-macemnya. Jadi kesimpulannya melalui klub bridge kampus saya, minat saya terhadap bridge masih rendah. Lalu tiba-tiba pakdhe saya tahu kalo saya main bridge, lalu beliau terus ngasih saya buku tentang bridge, terus-terusan sampe bukunya numpuk dan nggak saya baca. Beliau kasih link buat main bridge secara online, dan yang join adalah orang-orang dari belahan bumi manapun. Beliau terus sms saya apakah saya lagi online di situs itu apa nggak. Lalu minat bridge saya semakin rendah, sampai akhirnya saya benar-benar lupa main bridge. Terus saya baca buku ini, buku yang isinya benar-benar tentang bridge! Sebenarnya ada buku ini punya banyak konten sih, seperti masalah keluarga, masalah dengan teman, tentang cinta, filosofi, macem-macem lah. Tapi kalo diproporsikan, topik tentang bridge-nya 50%, dan topik lainnya kalo digabung akan jadi 50% nya.

Well, bagaimana, apakah topik bridgenya membuat buku ini jadi buku yang membosankan? Sama sekali tidak! Saya juga rasanya jadi Alton Richards, yang melihat banyak sekali hal-hal menarik dalam permainan bridge. Seni yang terkandung dalam setiap bid yang dibuat oleh pemain. Kartu yang jadi trump. Poin yang harus dikumpulkan buat jadi Grand Master. Dan filosofi yang ada dalam permainan ini bener-bener bikin saya kangen buat main bridge, dan bikin saya pingin ikut gabung dengann klub bridge. Oke, jadi saya bilang bahwa bridge punya filosofi, yah kalo liat dari sistem bid dan jumlah trik yang harus dimenangkan oleh pemain, sih. Bridge permainan yang bersejarah sepertinya, dan sangat tua jadi ada banyak pesan yang diberikan dari permainan ini, sepertinya, saya merasanya begitu. Secara keseluruhan, bridge disajikan dengan sangat menarik dalam buku ini. Penulis pun menggambarkan bahwa beberapa tokoh pendukung yang tergolong masih muda juga bermain bridge. Bridge benar-benar digambarkan sebagai permainan otak, well di sini disebutkan bahwa Alton menyebut bridge sebagai olahraga. Ada banyak informasi, tips, dan trik mengenai bridge dalam buku ini, jadi pembaca yang ikutan tertarik dengan bridge setelah membaca buku ini sepertinya bisa mengikuti tips yang ada dalam buku ini.

Bicara tentang tokoh yang ada dalam buku ini, saya lebih tertarik dengan paman Alton, namanya Lester Trapp by the way, sorry not to mention his name before. Lester digambarkan sebagai pria tua yang super duper kaya, buta, tapi kemampuan bridge nya nomor satu. Dari cerita yang saya baca, Lester ini adalah pria tua yang temperamen tapi juga humoris. Nah, kalo ada permainan yang filosofis dan tokoh yang berusia lanjut, pastilah ngerti tokoh mana yang selalu memberikan kata mutiara, pesan moral, dan pelajaran penting. Ya, dalam buku ini Lester lah yang jadi tokoh itu. Sebenarnya ada banyak hal menarik yang terjadi dalam kehidupan Lester Trapp. Ia tidak hanya jadi tokoh yang memberikan pesan moral, ada banyak cerita yang benar-benar mengaduk-aduk emosi pembaca dari kehidupan yang berpusar di sekeliling Lester Trapp. Lester Trapp seakan-akan jadi sendi penyambung untuk setiap tulang-tulang cerita yang ada pada buku ini.

Cerita secara keseluruhannya pun juga bisa dibilang cukup menarik, walaupun ujung-ujungnya juga melibatkan mengenai perasaan cinta seorang cowok dan cewek pemalu. Tapi saya rasa, saya baru pertama kali melihat cerita seorang pasangan yang disatukan oleh sebuah permainan lawas.

No comments:

Post a Comment