Tuesday 29 July 2014

Interworld-Neil Gaiman and Michael Reaves

Joey Harker, adalah seorang anak laki-laki yang mudah tersesat, bahkan di dalam rumahnya sendiri. Suatu hari, ketika sedang diberi tugas oleh gurunya, ia benar-benar tersesat di kota yang asing baginya. Ia terus mencari tempat yang aman di mana gurunya akan menemukannya, tapi ia malah terus tersesat. Ia bahkan tersesat di dimensi lainnya. Ia baru menyadari bahwa ia berada di dimensi lainnya ketika ia bertemu dengan... dirinya sendiri, tetapi dalam versi lain. Joey Harker bertemu dengan dirinya versi anak perempuan, dan juga bertemu dengan dirinya sendiri yang lebih tua, Jay. Jay mengatakan bahwa Joey merupakan salah satu dari sekian banyak ‘Pelintas’, yaitu orang yang dapat Berjalan antar dimensi.

Joey baru menyadari bahwa tata surya ini memiliki banyak planet semacam bumi yang dihubungkan dengan suatu portal, sehingga Pelintas antar dimensi seperti dirinya dapat Berjalan ke dimensi lainnya. Di dimensi lainnya, ada banyak sekali Pelintas, bahkan banyak sekali Joey Harker. Satu hal yang membuat Joey berbeda dengan Pelintas lainnya adalah bahwa Joey adalah Pelintas yang terhebat diantara Pelintas lainnya. Kemampuan Joey lah yang membuatnya diperebutkan oleh Dunia Binary—yang mengandalkan ilmu pengetahuan, dan Dunia Hex—yang mengandalkan sihir. Kedua dunia tersebut saling berperang untuk menguasai jagad raya, itulah sebabnya Pelintas hebat semacam Joey diperebutkan, agar sarinya dapat diambil dan membantu mereka dalam merebut kekuasaan.

Apa sih yang terlintas di bayangan pembaca ketika mendengar nama Neil Gaiman? Pastilah membayangkan dunia yang benar-benar fiktif dan penuh dengan hal-hal magic. Penulis yang satu ini kayaknya emang menciptakan sebuah kisah yang fantastis dan berbau-bau dunia lain, nggak cukup itu aja, penulis juga menciptakan makhluk-makhluk khayalan dengan sungguh-sungguh. Seperti makhluk khayalan yang ada dalam mimpi setiap anak kecil, lalu penulis menuangkan mimpi-mimpi tersebut ke dalam sebuah buku.

DSC_0499

Ini buku kedua dari Nail Gaiman yang saya baca. Karyanya yang pertama kali saya baca adalah yang berjudul ‘The Ocean at the End of the Lane’. Sebelum itu ada beberapa buku yang sudah ia tulis, beberapa sudah jadi film, seperti ‘Coraline’ dan ‘Stardust’. Mari kita lihat cerita ‘Coraline’, gadis yang tiba-tiba menemukan sebuah pintu kecil di rumahnya yang ternyata mengantarkannya ke dunia yang berbeda. Ia tetap bertemu orang tuanya, teman-temannya, dan orang lainnya yang ada di sekitar rumahnya, yang berbeda adalah bahwa mata mereka berupa kancing baju. Well, saya nggak akan pernah lupa dengan film yang satu itu. Harus saya akui bahwa film itu sukses membuat saya ketakutan. Serius. Lalu kita lihat cerita yang berjudul ‘The Ocean at the End of the Lane’, cerita tentang seorang anak laki-laki yang berteman dengan seorang gadis bernama Lettie Hempstock. Lettie memiliki kolam kecil di belakang rumahnya, tapi Lettie menyebutnya samudra. Lettie dan bocah laki-laki itu pun melihat bahwa suatu makhluk jahat akan menguasai dunia.

Kedua cerita tersebut benar-benar bersifat sangat khayalan, rasanya seperti membaca mimpi seseorang. Mimpi yang seram, tentunya.

Nah, sekarang mari kita lihat buku yang ini. Sebenarnya, buku ini jenisnya sama dengan kedua cerita yang saya ulas, sama-sama bersifat sangat khayal. Dua kali berjumpa dengan kisah ciptaan Neil Gaiman, kisah ketiga yang saya baca ini benar-benar tidak mengurangi kekaguman saya terhadap penulis. Dunia baru yang diciptakan, makhluk-makhluk yang dihadirkan dalam cerita, membuat saya amaze. Maksudnya, adaaaa aja yang diciptakan penulis. Rasanya kalo cerita yang benar-benar mengandalkan imajinasi dan khayalan penulis, ya beginilah jadinya. Sangat salut dengan khayalan penulis. Membaca buku ini rasanya seperti membaca versi lain dari serial Star Wars dan Star Trek yang settingnya kebanyakan di kapal dan di galaksi lain. Walaupun memiliki cerita yang cukup memukau, dan memiliki banyak sekali petualangan dan kisah heroik, rasanya saya perlu waktu cukup lama untuk menyelesaikan buku ini karena bolak-balik tertidur saat membacanya. Dari buku ini, yang sedikit menyinggung mengenai dunia sihir yang selalu berperang dengan dunia ilmu pengetahuan, saya sedikit memiliki pendapat. Agama mungkin memberikan sesuatu yang kadang benar-benar nggak bisa dijelaskan, agama menjelaskan bahwa kebanyakan benda-benda yang ada di alam itu tercipta begitu saja. Well, sama seperti sihir. Dan ilmu pengetahuan menjelaskan semuanya. Benar-benar bertolak belakang dengan sihir. Jadi begitulah, kenapa sihir dan ilmu pengetahuan tidak bisa benar-benar bersatu.

Well, saya sudah berusia 22 tahun, dan buku ini sepertinya lebih cocok untuk anak-anak yang sarat imajinasi, tetapi saya rasa saya nggak akan pernah berhenti membaca kisah-kisah lainnya dari penulis ini.

No comments:

Post a Comment