Saturday 9 August 2014

Bared to You-Sylvia Day

Eva Trammel akhirnya mendapatkan pekerjaan di perusahaan periklanan di Manhattan, New York. Ia pindah ke apartemen yang sangat nyaman bersama sahabatnya, Cary Taylor, yang tampan yang akan menjadi seorang selebritis. Tempat bekerja Eva yang baru terletak di gedung pencakar langit, di lantai 20 tepatnya, dan ia mendapatkan atasan yang sangat baik hati. Tidak hanya itu saja, pemimpin perusahaan tempatnya bekerja adalah seorang pria lajang yang super tampan bernama Gideon Cross, pemilik beberapa perusahaan, apartemen, klub, gym, dan sejumlah tempat lainnya.

Semenjak pertama kali melihat Gideon Cross, Eva selalu merasa bergairah. Eva merasa bahwa Gideon adalah pria yang sangat tampan, seksi, jantan, dan benar-benar memiliki kuasa. Meliihat Gideon benar-benar mampu membuat Eva memikirkan tentang seks, bahkan seks yang liar. Tapi membayangkan Gideon yang sangat tampan dan mampu memikat banyak perempuan bahkan yang tercantik, sepertinya Gideon benar-benar jauh dari jangkauan Eva. Ditambah lagi dengan masa lalu Eva yang masih sangat membekas di ingatannya, Eva merasa ia benar-benar tak akan mampu mendapatkan perhatian Gideon, apalagi untuk bersama dengan Gideon, apalagi untuk berhubungan seks dengannya.

Akhirnya memberanikan diri buat membaca novel erotis. Bukan, bukannya saya orang yang berhati bersih atau apa, saya cuma takut saya bakalan merasa geli lalu jijik lalu membuat buku ini terbengkalai. Well, emang bikin geli, sih, tapi sekalian nambah referensi lah. Bukan referensi buat begituan, loh, referensi mengenai genre buku maksudnya. Okay, sepertinya semenjak novel ‘Fifty Shades of Grey’ terbit, novel-novel bergenre erotis jadi semakin banyak muncul di toko buku-toko buku, sepertinya novel-novel bergenre erotis mulai punya banyak penggemar, nih.

DSC_0502

Oke, berbicara tentang novel yang bergenre erotis, jelas lah selalu ada adegan mengenai tokoh yang melakukan aktivitas-aktivitas seksual. Dan bukan sekadar adegan seks yang tipis-tipis yang biasa ditemukan dalam novel roman atau novel genre umum lainnya, novel erotis punya banyak adegan yang menggambarkan tokohnya melakukan aktivitas seksual dengan benar-benar gamblang, jadi kalo orang yang belum pernah membaca ataupun berkenalan dengan hal begituan lalu tiba-tiba langsung membaca novel ini, mungkin orang itu mukanya langsung merah banget terus keringetan, dan grogi banget. Karena adegan seks yang ada di buku ini benar-benar memenuhi setiap bab yang ada di buku ini. Dalam buku ini setelah sesi pengenalan tokoh-tokoh, pembaca langsung dibanjiri dengan adegan seks yang dilakukan oleh Eva. Dan itu, beneran, rasanya setelah melakukan aktivitas seks sekali, istirahat sebentar, Eva melakukannya lagi. Rasanya seperti apa yang dilakukan oleh Eva hanyalah aktivitas seks lagi dan lagi.

Jadi sebenarnya, buku ini bercerita tentang apa, sih, kalau mengesampingkan aktivitas seksnya? Well, apa lagi? Tentang seorang wanita yang jatuh cinta, tentu saja. Cerita cintanya sebenarnya sangat mainstream, Eva digambarkan sebagai wanita berambut pirang yang gampang tertarik, supel, dan juga gampang cemburu. Hal yang bikin saya geregetan dengan tokoh Eva ini adalah sifatnya yang gampang sekali memaafkan, apalagi kalo ‘disentuh’ sedikit. Hanya dengan membuatnya bernafsu, Eva akan langsung memaafkan orang yang bersalah itu, rasanya jadi kelihatan banget bahwa maafnya seorang wanita itu bisa dibayar dengan seks.

Okay, kalo sutradara berani mengangkat ‘Fifty Shades of Grey’ ke layar lebar, saya rasa buku ini benar-benar nggak bisa deh kalau dijadiin film yang ditayangkan di bioskop, kecuali kalau bioskopnya hanya memutar film-film porno. Dibandingkan dengan ‘Fifty Shades of Grey’ yang lebih menonjolkan perilaku seksual yang menyimpang, adegan seks dalam buku ini jelas jauh lebih banyak daripada buku ‘Fifty Shades of Grey’. Well, we will see, lah.

No comments:

Post a Comment