Saturday 19 July 2014

The Silence of the Lambs-Thomas Harris

Federal Bureau of Investigation (FBI) kembali menghadapi kasus pembunuhan berantai. Jack Crawford kembali ditunjuk untuk mengepalai penyelidikan mengenai kasus yang dilakukan oleh seseorang yang diberi nama ‘Buffalo Bill’. Buffalo Bill diduga telah melakukan penculikan dan pembunuhan terhadap beberapa wanita. Tak hanya itu, Buffalo Bill juga menguliti korbannya. Untuk mengetahui sedikit mengenai perilaku aneh yang dilakukan oleh Buffalo Bill, FBI lagi-lagi meminta bantuan dan petunjuk dari psikiatri andal sekaligus pembunuh atas sembilan orang kliennya sendiri, Dr. Hannibal Lecter. Kali ini FBI menugaskan seorang siswa akademi yang cukup cerdas, Clarice Starling.

Kepada Clarice Starling, Dr. Hannibal mengatakan bahwa Buffalo Bill akan beraksi lagi, menculik dan membunuh wanita, dan menguliti mereka. Dr. Hannibal bahkan mengatakan korban berikutnya akan dikuliti kepalanya. Kepada Clarice, Dr. Hannibal bahkan menceritakan banyak hal, dan sebagai gantinya Clarice menceritakannya mengenai ketakutannya. Tak hanya menyinggung mengenai Buffalo Bill, Dr. Hannibal pun menyinggung-nyinggung salah satu korbannya, dan meminta Starling untuk memeriksa mobilnya, di mana Starling malah menemukan sebuah kepala dalam stoples dengan bahan pengawet.

Beberapa hari setelah pertemuannya dengan Dr. Hannibal, Starling bersama Jack Crawford harus terbang ke West Virginia. Seorang wanita ditemukan tewas mengambang di sebuah sungai, dengan beberapa bagian tubuhnya telah dikuliti termasuk kulit kepalanya, sesuai dengan yang dikatakan oleh Dr. Hannibal pada Starling. Tak hanya itu, dalam mulut korban ditemukan sebuah benda yang bisa dikatakan lebih mirip kepompong. Beberapa hari setelah pembunuhan wanita di Virginia, FBI kembali digemparkan dengan hilangnya putri semata wayang seorang senator, Catherine Baker Martin. Buffalo Bill diduga mendalangi kasus hilangnya putri senator tersebut.

Clarice Starling pun kembali ditugaskan untuk mendapatkan sedikit petunjuk dari Dr. Hannibal. Dr. Hannibal mengatakan bahwa pelakunya merupakan seorang pria yang mengira dirinya transgender, dan ia bersangkutan dengan seseorang yang kepalanya ditemukan Starling di mobil milik klien Dr. Hannibal tersebut. Sementara FBI terus bergerak untuk menemukan Buffalo Bill, Sang Senator pun juga ingin agar putrinya segera ditemukan. Senator langsung meminta petunjuk pada Dr. Hannibal dan sebagai gantinya Dr. Hannibal akan dipindahkan ke tempat yang lebih baik dengan pengawasan yang juga tak kalah ketat, tetapi malah mengakibatkan Dr. Hannibal kabur dan malah susah ditemukan.

Buku kedua dari seri Hannibal ini bisa dikatakan alurnya sedikit mirip dengan buku pertamanya, ‘Red Dragon’, pengejaran terhadap seorang pelaku pembunuhan. Dan pembunuhannya dilakukan kepada beberapa orang. Yang mendalangi pengejaran juga masih sama, FBI, dan tentu saja mereka meminta bantuan kepada si dokter gila, Dr. Hannibal ‘Canibal’ Lecter (atau serial ini bukan lagi bernama Serial Hannibal). Kalo memang serial ini memiliki inti yang saling menyambung, maka bisa dikatakan bahwa buku ini memiliki konflik yang semakin meningkat (terima kasih kepada Dr. Hannibal yang kabur dengan sangat cerdik) dari buku pertamanya. Tetapi, buku pertama dengan buku kedua ini nggak bisa dibilang saling menyambung gitu, maksudnya pembaca juga nggak perlu bingung kalo ternyata baca seri kedua lebih dulu daripada seri pertama, toh tokoh dan ceitanya sangat amat berbeda, dan hanya beberapa tokoh yang menjadikan kedua buku tersebut sebagai serial.

Di buku kedua ini, sorot utamanya adalah kasus Buffalo Bill. Dibandingkan dengan Francis Dolarhyde di buku sebelumnya, sebenarnya si Buffalo Bill ini meninggalkan sedikit petunjuk yang lebih mengarahkan kepada dirinya sendiri, selain itu Dr. Hannibal pun juga mengetahui identitas si Buffalo Bill. Sehingga kesannya adalah, FBI hanya perlu mencari tempat persembunyian si Buffalo Bill ini. Tetapi karena Dr. Hannibal senang bermain-main, Dr. Hannibal tidak langsung menyebutkan nama asli si Buffalo Bill, tetapi Dr. Hannibal memberikan cukup banyak petunjuk sih. Berbeda dengan buku pertama yang menceritakan sepak terjang Will Graham yang terkesan bekerja sendirian, di buku kedua ini saya rasa yang paling banyak bertindak dalam mengungkap si pelaku malah Dr. Hannibal. FBI terkesan sama sekali nggak tahu harus ke mana, harus bagaimana, atau harus melakukan apa, mereka bertanya sedikit kepada Dr. Hannibal dengan mengirim Starling, dan Dr. Hannibal akan menceritakan hal penting lebih dari cukup. Kesannya jelas lah Dr. Hannibal memiliki peran penting sekali dalam buku ini, mungkin dari sinilah sebenarnya petualangan Dr. Hannibal Lecter sebenarnya bermula, dan buku pertama itu hanya pengenalan singkat saja.

DSC_0498

Dari buku pertama yang memberikan pemikiran Will Graham dan adegan action yang cukup heroik dan seru banget, di buku ini saya rasa adegan actionnya saya rasa benar-benar menurun secara drastis, mungkin juga karena tokoh detektif yang jadi sorotan utamanya adalah seorang wanita, sehingga di buku kedua ini, pemikiran dan deduksi Clarice Starling lah yang lebih menonjol. Mungkin karena detektif utamanya adalah wanita, jadi kisah ini juga lebih mengandalkan perasaan dan emosi dari Clarice Starling. Tokoh Clarice Starling yang tenang, cerdas, tetapi juga sedikit temperamen, ditambah dengan geraknya yang cepat dalam memutuskan dan menyimpulkan sesuatu melalui hal-hal kecil yang membuat buku ini benar-benar menjadi novel yang cocok untuk disebut sebagai novel detektif.

Di buku ini, pembaca bisa langsung mengetahui siapa sebenarnya orang yang dikejar-kejar tersebut, penulis langsung menceritakan sosok Buffalo Bill, dan kesibukannya. Penulis langsung menceritakan apa saja yang sebenarnya dilakukan oleh Buffalo Bill terhadap wanita-wanita yang diculiknya. Tetapi penulis tidak menceritakan latar belakang, masa kecil, maupun pemicu dari perilaku menyimpang si Buffalo Bill, sehingga pembaca pun tidak akan merasa bersimpati kepada Buffalo Bill. Buffalo Bill di mata pembaca hanya akan tampak seperti orang gila yang sedikit terobsesi oleh sesuatu.

Nah, yang bikin buku ini jadi sedikit thrilling mungkin bukan sepak terjang Buffalo Bill, ataupun FBI yang mengejar-ngejar si pelaku, melainkan malah sepak terjang si Dr. Hannibal. Seperti yang saya ceritakan sebelumnya, Dr. Hannibal diberikan porsi yang lebih banyak untuk muncul. Di buku ini juga pembaca—mungkin—jadi lebih memahami betapa gilanya Dr. Hannibal ‘Canibal’ Lecter ini. Sejujurnya, aksi yang dilakukan oleh Dr. Hannibal ini sukses bikin saya ngeri, karena tindakan yang dilakukan oleh Dr. Hannibal ini kesannya benar-benar berlebihan dan sangat tanpa tedeng aling-aling. Yang lebih bikin kagum adalah, sepertinya Dr. Hannibal tidak perlu repot-repot menyusun rencana untuk kabur dari kekangan pihak pengamanan.Cerdik, sangat cerdik. Ya, selain menimbulkan kesan ngeri, saya pun kagum dengan Dr. Hannibal ini. Kecerdikannya dalam menipu, bahkan dalam melarikan diri benar-benar sukses bikin saya melongo, loh. Kalo masalah andilnya Dr. Hannibal dalam menemukan pelaku sih, saya rasa bukan karena kecerdikannya, tetapi karena Dr. Hannibal memang sudah mendapatkan informasi mengenai Buffalo Bill sebelumnya. Apresiasi untuk penulis yang telah menciptakan tokoh segila Dr. Hannibal Lecter dengan sangat meyakinkan.

Jadi kenapa judulnya malah domba, tapi gambarnya ngengat, tapi pelakunya malah ‘Buffalo’? Sama seperti buku pertama yang juga mengambil judul dari nama hewan (wait, apa naga bisa digolongkan sebagai hewan?) dan memiliki hubungan yang cukup emosional pada pelaku, buku ini pun judulnya juga memiliki kaitan dengan segi emosionalnya seorang tokoh. Lagi-lagi, apresiasi kepada penulis yang telah memilih judul dengan cukup lihai, walaupun judul merupakan hal yang paling belakang yang saya pikirkan.

Untuk buku seseru dan sekeren ini, sayang sekali jika harus menemukan kesalahan-kesalahan dalam pengetikan. Banyaknya kesalahan pengetikan yang dapat ditemukan dalam versi terjemahan ini saya rasa sangat-sangat mengganggu pembaca, bahkan terdapat kata—entah itu salah ketik, atau kata yang benar-benar tidak saya ketahui—yang sama sekali tidak bisa saya tangkap artinya.

Saya rasa, ada banyak alasan untuk terus melanjutkan membaca lanjutan kisah si dokter gila ini, walaupun buku ini sudah ditutup dengan tepat. Pembaca toh tetap bertanya-tanya mengenai sepak terjang Dr. Hannibal dalam pelarian, atau mungkin mendapatkan informasi mengenai latar belakang Dr. Hannibal dan pemicu dari perilakunya yang benar-benar menyimpang.

No comments:

Post a Comment