Carrie merupakan siswi SMA Ewen, Chamberlain, Maine. Ia tidak populer, tidak cantik, tidak pintar, dan bukan tipe cewek yang dikagumi oleh murid lain, malah sebaliknya, Carrie selalu menjadi bahan olok-olok temannya. Carrie menghabiskan waktunya di sekolah, mendengarkan ejekan temannya tentang dirinya, melihat namanya menjadi coret-coretan di meja, dinding, bahkan lokernya.
Pagi itu, setelah Carrie menyelesaikan pelajaran olahraga, ia pun mandi di pancuran bersama cewek-cewek lainnya, ia mandi di bawah pancuran dengan tenang sampai akhirnya temannya berteriak bahwa ada darah yang mengaliri pahanya. Carrie haid, dan ia tidak tahu apapun mengenai haid. Dan saat itu, ia telah berusia enam belas tahun, usia yang cukup terlambat untuk mendapatkan haid pertamanya. Carrie yang tidak tahu apapun mengenai haid, sontak berteriak histeris mengira ia akan mati karena berdarah. Teman-temannya bukannya menolongnya, malah melemparinya dengan pembalut dan tampon, dan mengejeknya. Beruntung, Carrie ditolong oleh guru olahraganya dan Carrie diijinkan pulang. Di jalan pulang, banyak hal-hal ajaib terjadi, beberapa benda seakan-akan bergerak sendirinya seiring dengan apa yang Carrie pikirkan. Pikirannya seakan-akan melentur, menyebabkan benda-benda di sekelilingnya bergerak.
Sebenarnya, sejak lahir pun, Carrie sudah mengalami banyak hal-hal ajaib. Ia baru berusia tiga tahun ketika ia merasakan fenomena hujan batu yang anehnya hanya menimpa rumahnya saja, sementara rumah-rumah lain di sekelilingnya tenang. Carrietta White merupakan anak dari Margaret White dan Ralph White. Orang tuanya sama-sama penganut Agama Kristen yang fanatik, yang menganggap hal sekecil apapun yang melenceng merupakan dosa, termasuk berhubungan seksual bagi suami istri dan menstruasi yang dianggap ibunya sebagai kutukan. Ayah Carrie meninggal sebelum Carrie lahir, dan Ibu Carrie, yang anehnya, tak mengetahui apapun mengenai kehamilan, dan apapun yang sedang terjadi dalam janinnya, menganggap bahwa ia menderita kanker dan akan menyusul suaminya. Carrie yang berusia tiga tahun kala itu sedang bercakap-cakap dengan tetangganya yang tengah berjemur dan mengenakan bikini model two-piece. Ibu Carrie yang melihat Carrie bercakap-cakap langsung marah dan menarik Carrie ke dalam rumah, memarahinya habis-habisan, menamparnya, hendak memasukkan Carrie ke lemari tempatnya berdoa, lalu hujan batu turun menimpa rumah Carrie.
Sementara itu, tindakan cewek-cewek melempari pembalut dan tampon pada Carrie membuat mereka mendapatkan detensi oleh guru olahraga mereka, dan jika mereka menghindari detensi hukumannya menjadi tiga hari skors plus tidak mendapat ijin untuk datang ke Pesta Dansa Sekolah untuk merayakan kelulusan mereka yang tinggal sebulan lagi. Hal tersebut tentu saja memicu protes dari cewek-cewek tersebut, tetapi daripada tidak dapat menghadiri Pesta Dansa Sekolah mereka lebih memilih dihukum, kecuali satu cewek, Chris Hargensen. Chris malah membolos dari detensinya dan malah meminta bantuan ayahnya yang Pengacara terkemuka di kotanya untuk menuntut tindakan guru olahraga mereka.
Sementara itu, Sue Snell, salah satu cewek yang juga ikut saat mengejek Carrie, merasa menyesal dan berencana untuk menebus kesalahannya, membuat Carrie menghadiri Pesta Dansa Sekolah. Sue meminta pacarnya yang populer untuk mengajak Carrie White menjadi pasangannya dalam Pesta Dansa Sekolah. Di luar dugaan, Carrie menerima ajakan pacar Sue untuk ke Pesta Dansa. Berita itu menyebar luas, bahkan ke telinga Chris. Chriss yang akhirnya tak diijinkan untuk datang ke Pesta Dansa tentu saja tidak terima dan langsung merencanakan aksi balas dendam kepada Carrie. Bersama pacarnya, Chris mulai menyusun rencana untuk membuat Carrie bahan tertawaan lagi, Chris membuat aksi yang berujung malapetaka terhadap SMA Ewen, bahkan seluruh kota Chamberlain.
Kesan pertama setelah baca buku ini: Keren. Kesan kedua: Kece. Kesan ketiga: Seram. Kesan keempat: Langsung nonton filmnya. Jadi mungkin saya akan lebih tertarik untuk memberikan perbandingan antara film dan bukunya. Filmnya yang baru keluar sekarang juga sebenarnya merupakan remake dari film yang diproduksi—cukup tua—tahun 1976, dan bukunya sendiri sebenarnya terbit pertama kali di tahun 1974. Jadi, kalo dari segi cerita akan lebih ngeh dan lebih pas jika yang dibayangkan adalah situasi tahun 70-an, di mana teknologi masih belum secanggih dan secepat sekarang, di man masih mungkin ditemui orang yang cukup fanatik banget yang bahkan sampai nggak tahu apa itu haid ataupun melahirkan, di mana pem-bully-an masih bener-bener bisa bkin orang depresi, bunuh diri, dan bikin balas dendam lebih buruk daripada jaman sekarang. Jadi, bener banget apa yang dikatakan oleh reviewer kalau buku ini menyeramkan, maksudnya sih nggak menyeramkan semacam hantu-hantu atau seperti apa, tapi saya suka banget dendam yang tersumat dalam diri Carrie dan caranya dia melampiaskan semuanya kepada semua orang. Well sejujurnya, saya malah merasa simpati pada Carrie, all I can say was, ‘Ooh, poor Carrie, poor little girl. Nobody loves you, and you’re kinda trapped in a bad, bad, very, very bad condition’. Jadi selang beberapa jam setelah saya nutup buku ini, jelas aja langsung penasaran sama filmnya, apa lagi pas itu sempet baca review tentang film ini di koran yang beken banget di daerah saya. Reviewnya sih bilang kalau film ini—intinya, sih—kece banget. Apalagi sekarang teknologinya tambah canggih, jadi special effectnya bakalan keren banget dan bla-bla-bla. Berangkatlah saya ke bioskop buat liat filmnya, dan hasilnya dengan sedih saya simpulkan bahwa ekspektasi saya telalu tinggi mengenai filmnya. Filmnya bahkan jauh dari kata seram, sadis pun nggak. Apapun yang ada di film, yang paling menyeramkan sekalipun, menurut saya jauh lebih kece cerita yang ada di buku.
Oke, mari kita bahas bukunya. Covernya—yang baru diterbitin, sih—merupakan siluet dari seseorang, akan ketahuan kalau itu cewek karena siluet itu berambut panjang. Dan siluetnya digambarkan secara dramatis seperti cipratan-cipratan darah. Siluetnya emang sewarna darah, darah yang gelap dan kehitaman, yang sudah bisa menggambarkan buku ini yang bercerita tentang dendam, amarah, kekacauan, dan—well—darah. Ceritanya berawal dari darah dan juga diakhiri oleh darah, dan sama sekali nggak berkaitan dengan ritual-ritual yang melibatkan darah atau tetek bengek penyihir lainnya. Jadi, Carrie ini merupakan cewek yang—mungkin—dari SD jadi bahan ejekan teman-temannya, dari buku digambarkan bagaimana perlakuan teman-temannya padanya sekalipun Carrie nggak pernah berbuat salah ke mereka, kalau saya bilang buku ini bener-bener bisa menggambarkan nasib malangnya Carrie, terbukti dengan rasa simpati saya yang muncul untuk Carrie. Dan seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya, bahwa buku ini juga menceritakan tentang amarah dan dendam, bagian tersebut menjadi penutup dari kisahnya Carrie. Ya, buku ini ditutup dengan Carrie yang akhirnya nggak tahan dengan semua cemoohan temannya, ia pun akhirnya menghancurkan kota, dan lagi-lagi dendam dan amarah yang disampaikan oleh Carrie juga terpapar dengan jelas di sini (walaupun begitu, saya tetep ngerasa kasihan sama Carrie yang marah). Walaupun cuma menghabiskan beberapa lembar, tetapi apa yang diluapkan Carrie kerasa gede banget dan rasanya seperti nggak habis-habis. Kesan seram mengenai kisah Carrie juga diperjelas dengan beberapa potongan kalimat yang diambil dari koran, artikel, ataupun buku yang menceritakan tentang Carrie. Well, kayaknya ‘Meledak-ledak’ merupakan kata yang cocok buat menggambarkan isi dari buku ini, ya kesedihannya Carrie, ya emosinya Carrie, semuanya digambarkan dengan berlebihan (berlebihannya brilian banget, maksudnya).
Jadi ada beberapa tokoh yang rasanya bener-bener mendukung dalam menambah rasa simpati pembaca, kalau menurut saya tokoh-tokoh itu adalah Chris Hargensen yang manjanya super banget dan rasanya nggak mau kalah dan bener-bener pengen hancurin Carrie sekalipun Carrie cuma diem aja. Tokoh satu lagi adalah ibunya Carrie yang sifat fanatik terhadap keyakinannya bener-bener bikin nggak tahan. Gimana bisa ada ibu yang nggak ngasih tau anak perempuannya tentang menstruasi? Atau bahkan nggak ngerti apa-apa tentang kehamilan? Belum lagi sifatnya yang dikit-dikit menghukum Carrie dan membawa apapun sebagai dosa. Nyebelin, banget. Oh, ditambah Billy cowoknya Chris yang punya ide brilian buat numpahin darah babi—sekali lagi, darah babi, pemirsa—ke acara penobatan Carrie sebagai ratu prom. Nah, idenya Billy itu lah yang paling bikin memancing emosi.
Pokoknya, keren banget! Recommended banget!
No comments:
Post a Comment