Friday 5 May 2017

Holy Mother-Akiyoshi Rikako

34233502Holy Mother oleh Akiyoshi Rikako

Mulai dibaca: 02 Februari 2017
Selesai dibaca: 06 Februari 2017

Judul: Holy Mother
Penulis: Akiyoshi Rikako
Penerbit: Penerbit Haru
Penerjemah: Andry Setiawan
Penyunting: Arumdyah Tyasayu
Bahasa: Indonesia
Tahun terbit: Agustus 2016 (Cetakan pertama)
Tebal: 282 halaman
Format: Paperback
ISBN: 978-602-774-296-3
Harga: Rp.62.100 (Bukupedia)

Rating: 4/5

Dia terbangun.
Begitu melihat jam, waktu sudah menunjukkan pukul setengah sebelas lewat.
(hal. 3)

Kota kecil Aiide di Tokyo tiba-tiba digemparkan oleh berita mengerikan mengenai ditemukannya mayat bocah laki-laki di Sungai Aiide. Polisi yang menyelidiki kasus tersebut mengatakan bahwa sebelum ditemukan tewas, bocah laki-laki berusia lima tahun tersebut lebih dulu menghilang, ia terakhir terlihat di supermarket dekat rumahnya, berbelanja bersama ibunya. Ada kemungkinan bahwa sebelum dibunuh bocah tersebut diculik oleh pelakunya. Ketika mayatnya ditemukan, tubuhnya membiru dan tak ada bekas luka tusukan, pukulan ataupun luka bakar di manapun kecuali di satu tempat, luka hanya ditemukan di kemaluannya. Sekujur tubuhnya membiru, tapi alat kelaminnya merah karena terluka. Malahan, alat kelaminnya tidak ada, dipotong oleh pelaku menggunakan benda yang sangat tajam. Tapi, rupanya pelaku tak hanya membunuh bocah tersebut, polisi menemukan bahwa terdapat tanda kekerasan di anusnya, ada kemungkinan pelaku memerkosa korban setelah membunuhnya.

“Hmm, seperti uang sudah Anda sekalian lihat, kemaliannya dipotong. Alat pemotongnya saat ini sedang dalam analisis. Namun, melihat bekas lukanya bisa saya pastikan bahwa itu adalah benda yang sangat tajam, Kemudian, ada luka di duburnya yang bisa memastikan bahwa dia disiksa secara seksual oleh pelaku setelah dibunuh,(hal. 26)

Hal tersebut sangat menakutkan bagi semua orang tua yang memiliki anak-anak, tak terkecuali juga bagi Honami. Honami merupakan wanita yang tinggal bersama suaminya dan Kaoru, bocah perempuan yang manis berusia tiga tahun. Honami telah divonis bahwa ia memiliki semacam kelainan pada organ reproduksinya, hal itu menyebabkan ia susah untuk hamil, oleh karena itu ketika ia akhirnya melahirkan bayi perempuan ia berjanji dengan sepenuh hati bahwa ia akan menjaga anaknya tersebut dengan segenap jiwanya.

Bagi seorang ibu, anak adalah satu kesatuan, satu tubuh dann satu jiwa dengannya. (hal. 53)

DSC_0039

Oke, saya berusaha sebaik-baiknya untuk tidak memberikan spoiler pada ulasan ini baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Karena, well, rasanya saya gatal banget untuk memberikan opini maupun teori saya mengenai buku ini.

Sebelum saya mulai membaca buku ini, ada banyak teman-teman saya yang meracuni dengan memberikan ulasan singkat mengenai betapa kerennya buku ini. Jadi, ini juga sebagai pembuktian terhadap omongan teman-teman saya yang macam-macam mengenai buku ini. Dan semua teman saya mengatakan bahwa buku ini mind-blowing. Banget. Apalagi twistnya. Dan, akhirnya setelah saya membuktikan ucapan teman-teman saya, mau nggak mau saya harus setuju dengan mereka mengenai twistnya yang mind-blowing. Banget. Dan menurut saya buku ini memiliki plot-twist yang EDANNN!!! Nggak cuma edan, sih, tapi kayak menipu banget. Pertama pembaca diberikan cerita dengan alur yang biasa aja, ya berjalan mengalir, lambat, tapi ya mengerikan dan bikin gemes sama sifat karakter-karakternya, pokoknya biasa banget lah ceritanya. Sampai akhirnya saya membaca bab terakhir. Dan saya merasa tertipu habis-habisan. Saya merasa saya nggak benar-benar memerhatikan cerita sebelum twistnya, jadi ketika saya membaca penutupnya, ya begitulah. Tapi untung aja, saya nggak sendirian, semua teman saya yang membaca buku ini ternyata juga tertipu sama cerita awalnya.

Jadi buku ini diceritakan melalui sudut pandang orang ketiga yang menceritakan tingkah laku, kehidupan, dan gerak-gerik tiga orang. Ada Honami, wanita berusia 46 tahun yang divonis susah hamil. Lalu ada dua orang polisi, nggak usah saya sebutkan namanya, yang bertugas khusus menyelidiki area sekitar tempat kejadian perkara. Dan yang ketiga adalah Makoto, murid SMA yang cerdas, rajin belajar dan bekerja. Semua tokoh memiliki porsi muncul dalam cerita sama banyak, jadi bisa disimpulkan bahwa mereka semua adalah tokoh yang akan mengantarkan kita menguak jawaban kasus mengerikan ini.

Yang pertama diperkenalkan pada pembaca adalah Honami, seorang wanita yang bekerja sebagai penerjemah lepas berusia 46 tahun. Seperti yang sudah saya ceritakan sebelumnya mengenai kelainan yang dialami oleh Honami, ia telah menempuh berbagai upaya dan terapi agar bisa melahirkan anak. Tapi sayang, ia tetap mengalami keguguran. Hingga akhirnya ia berhasil hamil. Sekarang, coba teman-teman bayangkan, seorang wanita divonis susah hamil, lalu nggak mau menyerah begitu saja, nggak mau menerima vonis begitu saja, melakukan segala macam upaya sampai berkali-kali tapi tetap aja gagal. Lalu secara ajaib, wanita tersebut hamil dan melahirkan seorang anak. Anak satu-satunya setelah penantian panjang dan melakukan berbagai macam upaya yang—sepertinya—melelahkan. Menurut saya, wajar jika Honami sampai berjanji bahwa ia akan melindungi putri satu-satunya dengan segenap nyawanya. Dan itu sebabnya Honami hadir sebagai wanita yang mudah khawatir dan paranoid. Ia mudah curiga pada orang dengan tingkah laku yang aneh. Sebenarnya wajar, tapi bagi saya apa yang dilakukan Honami juga sedikit keterlaluan, dan ia membuat sebal polisi dengan laporan-laporannya.

Lalu ada dua orang polisi yang bertugas khusus menyelidiki tempat kejadian perkara. Jujur, cerita mengenai apa yang dilakukan para polisi ini menurut saya sangat nggak berguna dan menuh-menuhi halaman aja. Kedua polisi ini mencari petunjuk dengan melakukan wawancara dengan penduduk sekitar. Dan ternyata mereka sama sekali nggak mendapat pencerahan sedikit pun. Atau mungkin, mereka sebenarnya sudah mewawancarai pelaku tapi menelan mentah-mentah kebohongannya? Apapun itu, penyelidikan yang mereka lakukan sama sekali nggak mengarah ke manapun. Sebenarnya tiap sampai di cerita mengenai dua orang ini, saya pengen banget loncat ke cerita berikutnya, tapi saya takut akan melewatkan hal penting yang diberikan polisi. Tapi ternyata. Oke, menurut saya hal penting yang saya dapatkan dari cerita polisi ini adalah tentang Hukum Megan.

Yang terakhir adalah murid SMA bernama Makoto. Murid SMA yang pintar, rajin belajar dan bekerja. Sepintas nggak ada yang aneh dengan tingkah laku Makoto. Ia menyukai anak kecil, anggota klub kendo yang baik, dan sebagai guru kendo untuk anak-anak ia juga mengajar dengan baik. Sebagai pegawai di supermarket juga tak diceritakan apa keburukannya. Tapi ada satu hal yang ia simpan dan hanya ia yang mengetahuinya.

Membaca buku ini mengingatkan saya dengan sungai besar yang tak terduga yang ada di film-film. Awalnya mungkin alirannya sangat halus dan mengalir dengan lancar, lalu ada beberapa goncangan yang membuatmu ngeri, lalu tanpa kita duga sebelumnya ternyata sungai ini berujung sebagai air terjun. Dan memang begitulah ujungnya buku ini, tak terduga sama sekali. I’m not talking about the culprit, I’m talking about the whole things and stuffs. Beneran deh, saya tertipu banget dengan ceritanya yang awalnya biasa aja. Bahkan buku sekelas ‘Gone Girl’ maupun ‘The Girl on the Train’ menurut saya plot-twistnya nggak seedan buku ini. Bahkan ‘Tokyo Zodiac Murders’ karangan Shoji Shimada juga nggak bikin saya tertipu habis-habisan seperti buku ini. Saking edannya twistnya, saya sampai bolak-balik membaca halaman sebelumnya untuk memastikan bahwa saya nggak ketinggalan apapun di buku ini. Dan memang nggak, saya nggak melewatkan apapun, saya baca tiap kalimat, tiap paragaraf, tiap halaman, semuanya. Dan tetap saja saya melewatkan satu hal penting yang bikin saya kayak beaten by the twist. Ini buku karangan penulis yang pertama kali saya baca, dan saya tertarik banget untuk membaca buku lainnya. Dan, ya, saya akan terima kalo lagi-lagi saya ditipu dengan ceritanya.

If you haven’t read this book, and you sort of like with plot-twisted book, and you—arrogantly—think you’ve known what plot-twisted is, then you should read this book immediately.

Sedikit bantuan deh, dari saya. Penulis tidak pernah memberikan informasi yang detil mengenai tokohnya. Banyak, tapi tidak cukup lengkap. Dan tetap saja pembacanya melewatkan informasi yang hilang tersebut.

No comments:

Post a Comment