Wednesday 30 September 2015

Animal Farm-George Orwell

animal-farm1Animal Farm oleh George Orwell

Mulai dibaca: 07 September 2015

Selesai dibaca: 08 September 2015

Judul: Animal Farm (Peternakan Binatang)

Penulis: George Orwell

Penerjemah: Bakdi Soemanto

Penyunting: Ika Yuliana Kurniasih

Penerbit: Bentang Pustaka

Tahun terbit: Januari 2015

Tebal: 140 halaman

ISBN: 978-602-291-070-1

Format: Paperback

Harga: Rp. 27.200 (pengenbuku.net)

Rating: 5/5

Para hewan di Peternakan Manor melakukan pemberontakan! Mereka melawan tirani Pak Jones yang selalu mempekerjakan mereka dengan semena-mena, menyuruh mereka untuk selalu menghasilkan ini dan itu, dan menggunakan hasil kerja para binatang dengan seenaknya. Adalah Major si babi tua yang pertama kali menggagaskan sebuah pemberontakan terhadap kekuasaan manusia. Semuanya berawal dari mimpi Major. Suatu malam ia bermimpi mengenai sebuah lagu, lagu yang ia yakini pernah dinyanyikan oleh para binatang, dan kini lagu tersebut berkumandang lagi di mimpinya, lagu berjudul Binatang Inggris. Bersamaan dengan itu, Major bermimpi tentang sebuah masa ketika manusia punah dan hewan-hewan berkuasa. Terinspirasi oleh mimpi Major, para binatang mulai membangkang, para sapi mulai menyeruduk Pak Jones yang hendak memerah susu mereka, disusul dengan amukan binatang lain hingga tidak ada lagi seorang pun di Peternakan Manor. Dan akibat dari pemberontakan itu Peternakan Manor berganti nama menjadi ‘Peternakan Binatang’. Peternakan Binatang dipimpin oleh dua babi yang berbakat dan pemberani, yaitu Snowball dan Napoleon, tapi sebuah pemerintahan tidak mungkin memiliki dua pemimpin sekaligus sehingga salah satu pemimpin harus diberhentikan atau malah harus disingkirkan, karena bagaimanapun juga kekuasaan adalah sesuatu yang memabukkan, bukan?

poster

Wah, seneng deh karena saya keturutan juga memiliki buku ini. Banyak juga yang memberi nilai sempurna untuk buku ini, jadinya saya kepingin juga membaca buku ini, penasaran dengan ceritanya, tapi entah mengapa ketika di toko buku selalu mengabaikan buku ini, karena harganya, mungkin. Tapi ternyata versi terjemahannya sudah terbit sejak Januari tahun ini, dan harganya juga sangat murah, maklum ya karena bukunya nggak terlalu tebal, mungkin, ya. Dan walaupun buku ini tipis banget, cerita dalam buku ini ngena banget, sarat makna, menampar, rasanya memang benar-benar cocok kalau buku ini diberi nilai sempurna dari pembacanya.

Buku dengan gambar sampul berwarna shocking-pink dengan gambar seekor babi seolah-olah menunjukkan bahwa tokoh kunci dari buku ini adalah hewan babi. Gambar sampul seolah menunjukkan bahwa babi dalam buku ini adalah tokoh yang memulai pemberontakan, tokoh yang menjadi pembuka dari suatu masalah atau konflik, juga seakan menunjukkan bahwa tokoh babi lah yang menjadi pemimpin dari Peternakan Binatang. Tapi babi yang terdapat pada sampul buku seakan memiliki tatapan yang tajam seakan memandang siapapun dengan tampang marah, tampang yang seolah-olah menunjukkan bahwa si babi adalah seekor pemimpin yang selalu memerintah sekehendaknya, dan tidak boleh ada satu pun makhluk yang menentangnya, tidak boleh ada yang menentangnya, kira-kira seperti itulah gambaran saya mengenai si babi yang ada di sampul buku ini, saya rasa begitu pula penilaian pembaca yang lain mengenai sampul buku ini. Perkiraan saya mengenai si babi yang ada di sampul rupanya tidak terlalu jauh berbeda dengan salah satu babi yang ada di cerita, jadi di dalam cerita memang ada satu ekor babi yang sifatnya seperti yang saya gambarkan. Pada akhirnya, salah satu babi yang menjadi pemimpin lebih mabuk akan kekuasaan, sehingga ia tidak terima dengan adanya dualisme kepemimpinan, tapi ternyata cara yang digunakan oleh si babi yang syirik teramat busuk dan sangat manusia sekali.

P_20150930_214018

Jadi, apa sih sebenarnya yang membuat buku ini menarik? Pertama, saya mengira bahwa buku ini sebenarnya adalah buku yang isinya cerita dongeng fabel begitu, di mana ada sebuah peternakan binatang yang dipimpin oleh seekor babi, di mana pertamanya peternakan tersebut aman tentram damai sejahtera lalu seekor serigala datang merusak segalanya, terjadi pertempuran, para hewan ternak menang, dan mereka hidup bahagia selamanya, ya kira-kira seperti itulah gambaran pertama saya mengenai buku ini, semacam fabel yang diisi oleh hewan yang imut-imut dan lucu. Namun, isi buku ini ternyata lebih berat dari gambaran awal saya, well, tentu saja. Babi dan para hewan di sini tidak digambarkan selayaknya binatang yang terdapat dalam dongeng fabel yang biasa kita dengar atau baca saat hendak tidur, para hewan di buku ini lebih seperti sekumpulan manusia yang wujudnya berbeda dengan manusia kebanyakan. Pada awalnya ‘manusia yang berbeda’ ini sangat lemah, sehingga mereka dengan mudah ditindas oleh manusia normal. Tapi syukurlah, para ‘manusia yang berbeda’ ini cukup pintar dan cukup berani untuk melakukan pemberontakan. Sebenarnya buku ini lebih menggambarkan sebuah alur revolusi dari situasi yang memang terjadi di negara manapun di tahun berapapun. Kenapa tidak menggambarkan tokohnya seperti manusia yang normal saja, kalau begitu? Nah, saya rasa itulah mengapa novel ini disebut-sebut sebagai novel yang satir, novel yang menyindir, dan sangat menampar. Bagaimanapun, hewan mempunyai kedudukan lebih rendah daripada manusia, karena hewan hanya memiliki nafsu apa yang ia lakukan karena terdorong oleh nafsu dalam dirinya. Ketika hewan merasa lapar, maka ia mulai berburu, membunuh hewan-hewan yang lebih kecil mungkin, untuk mengenyangkan perutnya. Saya rasa, begitulah penulis menggambarkan manusia di buku ini, manusia yang terlalu bernafsu dan selalu lapar akan kekuasaan, bagi manusia mungkin kekuasaan seperti sepotong cheesecake yang super lezat bagi manusia, tidak cukup jika hanya sepotong, mereka harus memakan seloyang, kalau mereka tidak diberi seloyang mereka akan mengambil atau bahkan merampas potongan lainnya dari teman-temannya. Manusia yang haus akan kekuasaan tak ubahnya seekor hewan, dan dalam buku ini saya setuju sekali dengan penulis yang menggambarkan manusia semacam itu sebagai seekor babi. Sebenarnya apa sih, yang bisa dilakukan seekor babi? Ia hanya bisa bermalas-malasan dalam kubangan lumpur, makan, lalu ia hanya menghasilkan dagingnya sendiri. Manusia yang selalu bernafsu untuk menjadi penguasa tak ubahnya seekor babi yang selalu menguik-uik tak karuan ketika keinginannya tak terpenuhi, dan jika tidak ada yang mengerti ia akan bertambah mengamuk.

Yang membuat saya tergelitik adalah, membaca betapa munafiknya para pemimpin yang ada dalam buku ini. Pertama-tama mereka memberontak manusia yang menguasai mereka karena manusia tersebut memimpin mereka secara kejam, manusia pemimpin itu layaknya seorang tiran, dan begitu para binatang berhasil menggulingkan kekuasaan mereka mereka membuat peraturan yang seolah-olah memakmurkan hewan-hewan lainnya, tapi lambat laun pemerintahan tersebut ‘menyesuaikan’ beberapa peraturan, sehingga hanya oknum-oknum tertentu yang mendapatkan keuntungan dari penyesuaian tersebut. Dan pada akhirnya pemimpin yang baru berkuasa tapi tidak dengan bentuk kepemimpinannya, pemimpin yang baru juga berubah menjadi seorang tiran. Hal itu pun juga tentu sering dijumpai di dunia normal, ambil contohnya adalah negara saya. Awalnya para penduduk memberontak dari penjajah, penjajah dalam buku seperti Pak Jones, sementara penduduk pribumi adalah hewan-hewan yang lemah itu. Penjajah hanya bisa memerintah agar para pribumi bisa menghasilkan apa yang diinginkan oleh penjajah. Lalu para pribumi mulai memberontak, terjadilah suatu pertempuran dan peperangan. Setelah penjajah dinyatakan kalah, pribumi mulai memilih pemimpin-pemimpin, dan para pemimpin mulai membuat sebuah dasar negara, tata tertib, undang-undang, dan tetek-bengek lainnya. Karena kekuasaan memang sangat memabukkan, kelihatannya menjadi seorang penguasa seperti mempunyai kendali atas apapun yang berada di bawahnya, maka tentu saja ada oknum yang menggebu-gebu untuk menjadi penguasa, sayang sekali jalan yang diambil untuk menjadi penguasa adalah dengan menggulingkan penguasa yang sebelumnya, dan seringnya dengan cara yang curang. Nah, setelah penguasa baru berhasil menggulingkan penguasa lama yang sudah terlanjur memikat hati semua penduduknya, dimulailah kekuasaan yang baru, sedikit mengutak-atik undang-undang, membuatnya seolah-olah menyejahterakan dan memajukan rakyat, tapi sebenarnya malah memeras seisinya hingga kering tak bersisa. Dan pada ujungnya negara tersebut kembali menjadi sebuah negara yang dipimpin oleh para penjajah, hanya saja kaum mereka sendiri lah yang menjajah. Pokoknya, buku ini benar-benar menggambarkan suatu alur revolusi dan pergantian pemimpin, deh. Lengkap dengan tangan kanannya si pemimpin itu seperti apa sifatnya, bisa dilihat dari diri tokoh bernama Squealer yang bertugas sebagai semacam juru bicara pemerintahan Peternakan Binatang yang dipimpin oleh Napoleon. Kepada binatang ternak lainnya, Squealer terus memberikan berita bohong, dan menekan hewan-hewan lainnya untuk bekerja lebih giat, Squeler selalu membual betapa baik dan bagusnya pemerintahan Napoleon dibandingkan dengan pemerintahan Snowball atau bahkan pemerintahan Pak Jones. Hal baiknya adalah, seenggaknya Squeler dan Napoleon sangat kompak, tidak ada yang berusaha saling menjatuhkan.

Learn the rules, break the rules, make up new rules, break the new rules. –Marvin Bell-

Ada banyak kajian dan pembahasan menarik mengenai buku ini. Terutama mengenai kepada siapa khususnya buku ini ditujukan, berdasarkan wikipedia setiap tokoh pemimpin dari buku ini menggambarkan pemimpin-pemimpin lainnya, pemerintahan Peternakan Binatang pun sebenarnya juga berdasarkan oleh sebuah organisasi yang selalu berusaha untuk menguasai seluruh dunia, hal tersebut juga dikuatkan oleh ilustrasi mengenai bendera yang digunakan sebagai identitas Peternakan Binatang.

2000px-Animalism_flag.svgilustrasi bendera Peternakan Binatang yang dibikin semirip mungkin dengan bendera suatu kelompok

Sempat berpikir untuk membeli buku impor saja, yang menggunakan bahasa asli yang digunakan penulis, saking penasarannya dengan cerita ini. Tetapi berhubung penerjemah buku ini adalah tokoh yang sudah cukup dikenal di dunia literasi Indonesia, jadi saya rasa nggak perlu khawatir dengan terjemahan yang tidak sesuai atau malah membuat bingung pembaca. Mungkin bahasa yang digunakan penulis pun sebenarnya bahasa yang mudah ditangkap oleh pembaca dari manapun dan kalangan apapun, sehingga mungkin mudah saja bagi penerjemah untuk menyunting buku ini ke dalam Bahasa Indonesia. Sangat ringan, tapi juga sangat menyindir.

Satu lagi hal yang menarik perhatian saya, ternyata buku ini pertama kali diterbitkan di London pada tanggal 17 Agustus 1945, tepat ketika Indonesia mendeklarasikan kemerdekaannya? Suatu kebetulan, kah? Mungkin buku ini ditujukan kepada organisasi tertentu, dan bukan negara saya, tapi jika memaksa menyamakan antara buku ini dengan sejarah negara saya, saya berpikir bahwa penulis adalah seorang pengamat sekaligus seorang yang visioner.

The creatures outside looked from pig to man, and from man to pig, and from pig to man again; but already it was impossible to say which was which.

No comments:

Post a Comment