Thursday 16 April 2015

Dunia Anna-Jostein Gaarder

dunia-anna-5447667d797c3

Judul: Dunia Anna

Penulis: Jostein Gaarder

Penerbit: Mizan

Tahun terbit: 2014

Tebal buku: 248 halaman

Format: Paperback

Rating: 4/5

 

 

 


(sumber gambar:
www.mizanstore.com)

Di ulang tahunnya yang ke-enam belas pada 12 Desember, Anna menerima sebuah hadiah yang sudah lama diidam-idamkannya, hadiah turun-temurun yang kemungkinan sudah dipakai sejak seratus tahun sebelumnya. Cincin itu memiliki mata yang terbuat dari rubi dan berwarna merah seperti darah burung dara. Konon cincin itu merupakan cincin ajaib, seajaib cincin yang digunakan oleh Aladdin dari dongeng ‘Seribu Satu Malam’.

Anna tinggal di Nyrud, Norwegia. Dan ia seringkali bermimpi menjadi berbagai makhluk hidup. Ia bahkan pernah menjadi seekor gajah. Dalam mimpinya ia bisa saja berpindah ke dimensi lainnya, ia bisa hidup jauh di masa yang telah lalu ataupun di masa datang. Tetapi, sejak ia menggunakan cincin itu ia sering bermimpi menjadi... cicitnya sendiri yang bernama Nova yang hidup di tahun 2080-an. Baik Anna dan Nova memiliki rasa kepedulian yang tinggi terhadap alam dan lingkungan. Mereka sangat menyadari degradasi yang dialami oleh bumi dan bahayanya pemanasan global, mereka selalu rajin mengikuti perkembangan alam sekitar dan mengikuti informasi tentang flora dan fauna yang berada diambang kepunahan. Bersama-sama dengan orang terdekat mereka, mereka membentuk sebuah kelompok untuk meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan, menyelamatkan keajaiban-keajaiban yang ada di bumi.

Setelah membaca buku ini, mungkin saya memperbarui makna dari kata ‘filsafat’, sejujurnya saya belum pernah membaca buku tentang filsafat sebelumnya. Well, saya pun masih bingung sebenarnya buku-buku karya Paulo Coelho itu termasuk buku bergenre apa, sih? Bisa digolongkan sebagai buku filsafat kah? Karena dalam bayangan saya, cerita filsafat adalah cerita-cerita yang menyangkut kehidupan, hakikat manusia, penciptaan manusia, pokoknya hal-hal seputar itu. Berhubung saya sedang bosan-bosannya membaca buku-buku Paulo Coelho, lalu banyak teman saya yang menyukai buku ‘Dunia Sophie’ milik Jostein Gaarder, konon kata teman saya ceritanya bagus maknanya dalam dan itu cerita filsafat, jadilah saya penasaran dengan karya penulis yang satu ini. Berhubung ‘Dunia Sophie’ harganya masih tak terjangkau olehku, jadilah saya membaca buku ini dulu agar saya mengetahui gaya bercerita si penulis itu seperti apa, sih. Dan juga menambah wawasan saya tentang filsafat itu.

Dan memang, saya memang harus memperluas pemikiran saya mengenai arti kata ‘filsafat’. Nah, karena saya belum ngerti sepenuhnya mengenai filsafat, dan mungkin beberapa orang juga ada yang masih bingung mengenai filsafat, saya mau berbagi aja nih makna dari filsafat itu terlebih dahulu. Kalau menurut wikipedia, filsafat adalah ‘studi tentang seluruh fenomenan kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar’. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, filsafat adalah ‘pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal dan hukumnya’, dan juga memiliki arti sebagai ‘teori yang mendasari alam pikiran atau suatu kegiatan’. KBBI juga menerangkan bahwa filsafat merupakan ilmu yang berintikan sebuah logika.

Nah, buku Dunia Anna sendiri kalo menurut saya memiliki pesan moral yang bagus banget. Anna adalah gadis yang sangat peduli dengan keadaan bumi. Anna rajin banget mengumpulkan artikel-artikel dari manapun supaya ia bisa belajar bahwa bumi yang ia tinggali memang sedang mengalami perubahan, dan sayangnya perubahan itu malah membuat bumi semakin memburuk. Nah, ditambah dengan munculnya cincin ajaib, ia bisa melompat ke masa depan dan malah menjadi cicitnya sendiri, dan sebagai Nova si cicit tampak semakin jelas bahwa bumi kian kritis dan sudah banyak sekali flora dan fauna yang punah. Nah, walaupun saya nggak melihat secara gamblang mengenai upaya yang dilakukan Anna untuk mencegah bumi semakin rusak, setidaknya buku ini memiliki pesan yang kuat agar orang-orang—terutama yang membaca buku ini—agar lebih peduli dengan lingkungannya, agar lebih peka terhadap bumi yang sedang ditinggali, dan agar masyarakat menyadari bahwa pemanasan global atau bumi yang kian memanas atau es di kutub utara mulai mencair dan beberapa wilayah mulai terendam bukanlah sebuah isu belaka, hal-hal tersebut benar-benar terjadi dan apabila orang-orang tidak bekerja ekstra keras untuk mengerem laju kerusakan bumi seperti membuang gas emisi yang berlebihan, penggunaan alat-alat rumah tangga yang terus menerus, mengeksploitasi sumber daya alam secara serampangan, maka bukan tidak mungkin di tahun 2082 kita akan merasakan hal yang sama seperti hal yang dialami oleh Nova.

Merujuk pada arti kata ‘filsafat’ yang saya kutip dari wikipedia, maka jelas juga, sih, kenapa buku ini disebut sebagai buku filsafat. Fenomena yang terjadi yang diceritakan di buku ini adalah fenomena pemanasan global. Anna yang mencemaskan perubahan-perubahan buruk yang dialami oleh bumi dan hobinya mengumpulkan artikel-artikel mengenai lingkungan dan alam, serta upaya-upaya sederhana yang ia lakukan merupakan pemikiran kritisnya dalam menghadapi pemanasan global. Sementara penjabaran mengenai konsep mendasar dari pemanasan global dijabarkan dengan semakin meningkatnya karbon dioksida yang dilepaskan di bumi dan tetap terikat oleh atmosfer bumi.

Saya rasa kalau semua buku filsafat dihadirkan seperti buku ini, mungkin saya akan dengan senang hati membeli buku-buku filsafat lainnya, karena selama ini penjelasan tentang studi mengenai fenomena kehidupan hadir dalam bentuk buku-buku non-fiksi yang benar-benar bikin saya membuka google untuk setiap kata-kata ilmiah yang belum pernah saya dengar sebelumnya. Cerita filsafat yang ada di buku ini disajikan dengan bahasa yang super enteng bahkan menyerupai bahasa gaul Orang Indonesia, saya pun sampai heran ini memang penulisnya yang menulis ceritanya seringan ini, ataukah penerjemah yang memaksa memberikan terjemahan yang sangat ringan, ataukah saya membeli buku palsu yang diterjemahkan bukan oleh penerbit resmi.

Nah, berhubung Anna ini memiliki pacar, jadi ada beberapa cerita romantis yang terselip. Karena umurnya enam belas tahun, bisa dibayangkan dong anak SMA pacarannya gimana, dan saya yang sudah tua ini kadang menganggap bahwa pacarannya anak SMA jaman sekarang itu lebay dan alay (so sorry to tell you ‘bout this, high-schooler), Anna dan pacarnya emang bener-bener kayak anggapan saya mengenai gaya pacaran anak SMA jaman sekarang, tapi entah kenapa saya yang membaca cerita cinta mereka berdua malah seneng banget. Ngomongnya sama-sama manis dan gombal, sih, tapi ada sesuatu yang jenaka yang ditimbulkan oleh mereka. Mungkin pengaruh penerjemah juga, sih.

Apapun itu, jika kau membeli buku ini, percayalah dengan Anna dan Nova. Tapi jangan cincin ajaibnya.

No comments:

Post a Comment