Thursday 23 October 2014

The Maze Runner-James Dashner

Setiap bulan selalu ada satu orang anak laki-laki yang dikirim ke tempat itu, anak-anak tersebut dikirim dalam keadaan lupa dengan apapun kecuali nama mereka sendiri. Melalui kotak berjeruji satu-persatu anak-anak laki-laki itu seakan dikumpulkan di sebuah tempat asing, begitu terus setiap bulan pada minggu dan hari yang sama. Sudah dua tahun hal tersebut terjadi. Dan sekarang giliran Thomas yang dikirim ke tempat bernama Glade tersebut, begitulah sebutan yang diberikan oleh anak-anak laki-laki yang lebih dahulu sampai.

Glade dikelilingi oleh semacam tembok dengan empat pintu yang terletak di masing-masing arah mata angin, tiap hari pintu tersebut akan membuka saat fajar dan menutup ketika fajar tenggelam. Tiap hari akan ada beberapa orang yang melalui pintu tersebut, berlari menelusuri sesuatu yang disebut-sebut adalah sebuah Maze—labirin, kembali sebelum petang, dan esoknya kembali lagi melalui pintu tersebut dan entah untuk tujuan apa. Thomas hanya meyakini bahwa ia akan menjadi seorang pelari—orang-orang yang melalui Maze—dan bahwa ia akan menemukan cara untuk keluar dari Glade. Maze dijaga oleh makhluk mengerikan yang sepertinya hasil hibrida mesin dengan binatang lunak, dan sangat berbahaya, mereka menyebut makhluk itu Griever.

Suatu hari kekacauan terjadi di Glade. Pintu-pintu Maze tidak menutup seperti biasanya, dan itu artinya Griever akan dapat dengan mudah memasuki Glade dan membahayakan nyawa penduduk Glade. Dan benar saja, Griever memasukin Glade, memorak-porandakan semuanya, dan mengambil satu orang anak. Begitu terus selama beberapa hari, hingga pilihan terakhir yang mereka miliki adalah meninggalkan Glade, berlari melalui Maze, berharap dapat menemukan jalan keluar.

Akhirnya memutuskan untuk membeli buku ini setelah melihat filmnya, sebagai seorang bookworm rasanya malu aja kalo kudu ketinggalan baca buku yang sebenarnya dulu udah sempat booming. Jadi, saya ingin bercerita tentang filmnya dulu. Filmnya menurut saya lumayan seru, lumayan loh ya, menurut saya sih gak terlalu bagus sih, cuma lumayan aja. Beberapa adegan benar-benar kelihatan sekali sadisnya, beberapa juga cukup memancing rasa tegang ketika tokoh-tokoh yang ada di film harus bermalam di labirin, walaupun begitu rasanya ada saja yang bikin film ini nggak terlalu ‘dalam’ jadi kalo saya menilainya kurang mengena aja. Mungkin saja saya hanya jenuh dengan genre film yang ‘gitu-gitu aja’ yang sepertinya lagi hip banget.

DSC_0039

Oke, sekarang kita bahas bukunya. Harapan saya ketika saya mulai membaca buku ini adalah bahwa saya akan menemukan penjelasan yang cukup untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang timbul setelah menonton film. Tapi yang ada, saya malah merasa seakan-akan membaca buku ini adalah pekerjaan yang sia-sia. Beberapa pertanyaan mungkin memang terjawab, lalu muncullah pertanyaan lainnya setelah membaca buku ini. Saya rasa cerita di buku ini juga nggak dalam, seharusnya penulis bisa menjelaskan latar belakang dari beberapa adegan yang ada di buku. Selain itu, ceritanya tergolong sangat lambat, walaupun tidak ada kejadian penting yang harus diingat pembaca, rasanya pembaca diminta untuk harus membaca setiap hari yang dilalui oleh tokoh. Mungkin penulis berusaha memancing rasa tegang pembaca dengan menuliskan detil-detil Maze, well yang sejujurnya adalah saya malah kebingungan dalam memvisualisasikan Maze buatan penulis karena deskripsi yang diberikan, sungguh, terlalu berbelit-belit. Dan rupanya tidak hanya deskripsi mengenai labirin saja yang membuat bingung, tapi deskripsi lainnya mengenai apapun benar-benar sulit untuk digambarkan lagi oleh pembaca.

Kalau versi buku dengan filmnya dibandingkan, ada perbedaan yang amat sangat besar diantara keduanya. Saya nggak ngerti apa alasan pak sutradara melencengkan cerita bukunya dengan sangat jauh, walaupun filmnya nggak bisa dibilang menarik, tapi saya rasa saya lebih menyukai versi filmnya.

No comments:

Post a Comment