Friday 26 April 2013

The Five People You Meet in Heaven—Mitch Albom

Ruby Pier dikenal oleh warga sekitar sebagai tempat hiburan yang memiliki bermacam-macam wahana, telah berdiri sejak lama, berada di dekat dermaga, dan ujung dari stasiun kereta api, sehingga tak heran jika Ruby Pier selalu ramai dikunjungi oleh siapapun. Di Ruby Pier lah, Eddie bekerja sebagai maintanance, orang yang bertugas memelihara, memeriksa, dan memperbaiki wahana-wahana. Ruby Pier bisa jadi merupakan lapangan pekerjaan bagi keluarga Eddie secara turun temurun, kakeknya bekerja di sana, ayahnya juga, dan setelah ia tidak bertugas menjadi tentara ia bekerja di Ruby Pier. Dan sama seperti kedua pendahulunya, Eddie bekerja di Ruby Pier sampai akhir hayatnya, sampai ia berusia 83 tahun.

Eddie telah berusia 83 tahun ketika tiba-tiba ia mendengar keributan di sekitar wahana yang cukup tua, Freddy’s Free Fall. Eddie telah berusia 83 tahun ketika ia mengira bahwa dengan menyuruh anak buahnya menghentikan Freddy’s Free Fall, semua orang yang sedang mengendarai wahana tersebut akan selamat. Tapi Eddie salah. Eddie berusia 83 tahun ketika ia—dan kerumunan orang lainnya—menyaksikan sendiri ambruknya Freddy’s Free Fall. Dan kala itu ada seorang anak yang tersungkur tepat di bawah wahana tua yang akan jatuh itu. Eddie pun, dengan segala kekuatan yang ia miliki, berlari menyelamatkan anak yang tersungkur itu. Eddie berhasil menangkap bocah itu, tapi sayangnya ia lupa bahwa Freddy’s Free Fall dapat meluncur dengan cepat. Eddie tak sempat menyelamatkan diri, Freddy’s Free Fall menimpanya lebih cepat. Dengan disaksikan banyak orang, Eddie mengakhiri hidupnya di usianya yang ke-83.

Dan lalu ia terbangun. Eddie berada di sebuah cangkir raksasa ketika ia akhirnya terbangun, dan menyadari bahwa ia harusnya sudah mati. Tetapi ia malah merasa seperti anak umur lima tahun, yang dapat menyentuhkan tangan-tangannya ke ujung kakinya. Lalu ia menyadari di mana ia berada sekarang. Tempat yang sering ia kunjungi waktu masih kanak-kanak, tempat ayahnya bekerja sebagai maintanance, wahana-wahana lama, pertunjukan-pertunjukan makhluk aneh, dan beberapa hal lain yang membuatnya bernostalgia, ia berada di Ruby Pier.

Eddie tak salah, ia telah mati, dan ia telah berada di alam yang lain. Hanya saja ia masih bertanya-tanya, mengapa alam setelah kematiannya sama seperti Ruby Pier. Ia pun mengikuti nalurinya untuk menelusuri Ruby Pier yang lama. Ia melihat wahana-wahana lama yang sekarang sudah tidak digunakan lagi, pertunjukan makhluk-makhluk aneh yang diklaim dari daerah antah berantah, termasuk seseorang pria kurus yang bertelanjang dada dan duduk sendirian di tengah panggung pertunjukkan. Pria itu tak hanya membuat Eddie terkaget-kaget dengan kulitnya yang biru, pria itu juga menyapa Eddie seakan-akan ia telah mengenal Eddie dan menunggu Eddie.

Pria itu akhirnya mengajak Eddie berkeliling Ruby Pier lama. Sambil berkeliling, pria biru itu menceritakan banyak hal pada Eddie yang tak ia ketahui. Bahwa nantinya, setelah ia mati ia akan memiliki lima orang yang telah menunggunya, dan mereka bisa saja orang-orang yang paling dekat atau yang sama sekali belum ia kenal, dan nantinya kelima orang itu akan memberikan cerita yang berbeda-beda pada Eddie, dan orang biru inilah orang pertama yang ditemui Eddie di alam setelah kematiannya, dan orang biru inilah yang kematiannya disebabkan oleh Eddie. Eddie berusia tujuh tahun ketika suatu hari ia bermain lempar-tangkap bola bersama temannya. Bolanya menggelinding jatuh, dan ia mengambilnya tanpa mengawasi jalanan tempat bolanya menggelinding, tempat bermacam-macam kendaraan lewat. Termasuk mobil si orang biru. Pria biru sedang mengemudikan mobilnya ketika tiba-tiba ia melihat anak kecil yang menyebrang jalan untuk mengambil bolanya. Karena bermaksud menghindari si anak kecil, si pria biru malah membanting setirnya. Ia selamat, si anak kecil juga selamat, tapi sayangnya jantung si pria biru terlalu lemah. Si pria biru pun tewas karena jantungnya, karena menghindari menabrak anak kecil yang menyebrang jalan, karena menghindari menabrak Eddie.

Oke, jadi jangan terlalu banyak ya ceritanya, takut merusak cerita dan rasa penasaran yang belum membaca buku ini, karena memang buku ini bagus banget dan akan sayang sekali kalo harus tahu ceritanya dulu lewat resensi.

DSC_0011

Penulis rupanya benar-benar menciptakan ide baru mengenai tempat dan hari setelah kematian. Ada imajinasi yang extraordinary dari cerita yang ditulis oleh Mitch Albom, dan dibalik imajinasi penulis yang out of the box itu tersembunyi pelajaran yang nggak hanya bisa didapatkan oleh Eddie, tapi juga oleh semua pembacanya. Sama seperti ketiga buku Mitch Albom yang lainnya—sejauh ini itulah jumlah buku Mitch Albom yang sudah saya baca—yang menceritakan tentang kematian, atau setidaknya sebuah akhir, buku ini juga menceritakan tentang kematian seseorang. Kalau buku ‘Tuesdays with Morrie’ bercerita mengenai bahwa kematian itu mutlak, dan semua orang harus siap menghadapinya; buku ‘Have a Little Faith’ menceritakan tentang keyakinan seseorang terhadap apa yang ia anggap benar untuk diikuti; dan buku ‘For One More Day’ menceritakan tentang sebuah penyesalan yang selalu datang terlambat; buku ‘The Five People You Meet in Heaven’ bercerita tentang sebuah permulaan yang berasal dari suatu akhir. Jadi buku ini menceritakan pada para pembaca, bahwa kematian pun merupakan suatu permulaan, bahwa masih akan ada hal baru lainnya yang akan ditemui dari suatu akhir, termasuk kematian. Sebenarnya nggak hanya itu aja, sih yang berusaha diceritakan oleh penulis, karena di sini ada lima tokoh yang ditemui Eddie, maka ada lima hal penting dan benar-benar perlu kita pahami.

Mungkin buku ini bisa dibilang lebih ngasih pembelajaran kepada pembaca daripada kepada Eddie sendiri, jadi bisa saya simpulkan bahwa buku ini memang ditujukan kepada pembaca dan memang ‘untuk dibaca’, dan nggak sekedar menceritakan kisah hidup Eddie dan jadi apa si Eddie setelah ia tewas.

Jadi ada beberapa hal yang bisa saya tangkap dari buku ini. Si pria biru mengatakan bahwa orang asing adalah keluarga kita yang belum kita ketahui, bahwa kita selalu punya koneksi dengan setiap individu lain, seberapapun tipisnya koneksi itu. Dari kapten, kita tahu bahwa seringnya untuk mendapatkan sesuatu kita harus rela untuk kehilangan sesuatu, it’s about letting something go and having something that could be useful for us. Dan kisah ini ditutup dengan cerita Eddie yang bertemu dengan bocah perempuan yang tak sengaja dibakar oleh Eddie dan teman-temannya ketika masih menjadi tentara di Filipina. I can say, that the ending is somewhat surprising (yeah, it’s kinda making me gasp), and sad (well i shed tears, anyway).

Kayak hal-hal yang udah dijabarkan di atas masih belum cukup mengatasi kekaguman saya, saya harus kagum sama cerita yang dituliskan sama Mitch Albom tentang Eddie, pamannya. Mungkin dari sinilah Mitch Albom mendapatkan ide mengenai lima orang yang akan ditemui di surga.

Oke, mungkin sebagian orang akan berpikir, ‘wah, novel berat nih, kalo banyak pelajaran-pelajarannya gini’, dan saya bisa menyangkal pendapat yang kayak gitu, kecuali memang malas baca novel dan sama sekali gak ada minat buat baca, pembaca akan tetap bisa menikmati ceritanya, kok. Pembaca tetap bisa nyaman mengikuti ceritanya, tetap bisa ambil pelajarannya tanpa harus mengerutkan dahi, nggak ada teka-teki apapun. Well, cerita bagus, nggak bikin bingung, dan bahasanya mudah, what a perfect combination.

No comments:

Post a Comment